Friday, February 19, 2010

Download Skripsi Sastra dan Bahasa

  

Link Download :

 

PERILAKU SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM PROSA LIRIK PENGAKUAN PARIYEM KARYA LINUS SURYADI AG

 

PANDANGAN DUNIA PENGARANG DALAM NOVEL TRILOGI: JENDELA-JENDELA, PINTU, DAN ATAP KARYA FIRA BASUKI

 

KRITIK SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN ACUH TAK ACUH KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN

 

KAJIAN FILOLOGIS NASKAH “PELAYARAN MAKKAH”

 

KAJIAN FILOLOGIS DAN NILAI-NILAI ISLAM DALAM HIKAYAT RAJA RAHIB

 

DIKSI DAN MAJAS SERTA FUNGSINYA DALAM NOVEL JANGAN BERI AKU NARKOBA KARYA ALBERTHIENE ENDAH

PERILAKU SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM PROSA LIRIK PENGAKUAN PARIYEM KARYA LINUS SURYADI AG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian kehidupan dari masyarakat. Pengarang sebagai subjek individual mencoba menghasilkan pandangan dunianya ( vision du monde ) kepada subjek kolektifnya. Signifikansi yang dielaborasikan subjek individual terhadap realitas sosial di sekitarnya menunjukkan sebuah karya sastra berakar pada kultur tertentu dan masyarakat tertentu. Keberadaan sastra yang demikian itu, menjadikannya dapat diposisikan sebagai dokumen
sosiobudaya ( Pradopo dalam Jabrohim, ed 2001: 59). Roekhan (1990: 91) juga menyatakan bahwa karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang
telah lama ada dalam jiwa seorang pengarang. Pengalaman jiwa yang terendap dalam diri pengarang dikreasikan dan ditambah dengan imaji pengarang sendiri sehingga pengalaman jiwa yang ditangkap pengarang melalui pengamatannya terhadap hakikat hidup dan kehidupan tadi telah beralih ke dalam karya sastra yang diciptakan pengarang, tercermin melalui ciri dan kejiwaan tokoh-tokoh
imajinernya.
Dengan melihat pernyataan Pradopo dan Roekhan di atas, dapat
diperoleh kesimpulan bahwa karya sastra pada hakikatnya merupakan hasil
budaya yang melibatkan pribadi pengarang dalam mengolah berbagai bentuk
peristiwa sosial kehidupan sehari-hari. Karya yang dihasilkan pengarang adalah
karya fiktif belaka. Melalui proses kreatif seorang pengarang, maka lahirlah karya
sastra yang banyak mengacu pada realitas kehidupan sehari-hari pada suatu
tempat dan waktu. Realitas di dalam karya sastra sudah tentu bukan lagi realitas
yang sesungguhnya, melainkan realitas dalam rekaan pengarang.
Dari karya sastra ini kita mengenal pula berbagai genre, salah satunya
adalah prosa lirik. Prosa lirik sebagai karya fiktif tidak bernilai kosong, melainkan
mengandung nilai-nilai. Hal itu sesuai dengan fungsi dulce et utile :
menyenangkan dan berguna (Wellek dan Austin Warren 1989: 25). Berguna
karena bisa menambah kekayaan batin, memberi inovasi. Menyenangkan karena
cara menyampaikannya dengan menggunakan bahasa yang indah, sehingga tidak
membosankan dan bisa memberikan perasaan senang, gembira yang terungkap
secara implisit maupun eksplisit dalam menangkap serta memahami maknanya.
Tidak mudah untuk memahami semua makna yang terkandung dalam
karya sastra, karena tidak jarang bahwa karya sastra itu banyak mengandung
simbol-simbol atau imaji-imaji. Untuk menafsirkan simbol dan imaji tersebut
perlu memiliki pengetahuan yang luas. Meski modal untuk itu sudah dimiliki,
namun sering juga mengalami sedikit kekeliruan dalam mengungkap maknamaknanya,
karena karya sastra bersifat multi interpretable, dapat ditafsirkan dari
berbagai sudut pandang sesuai dengan penafsiran pembaca. Jadi, apa yang
tertangkap oleh pembaca tidak harus sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
pengarang.





Salah satu cara pengarang mengungkapkan makna dari karyanya antara
lain melalui penampilan para tokoh yang menjadi fokus pelaku cerita. Sebuah
karya sastra akan menjadi menarik apabila cerita di dalamnya menjadi hidup
dengan menghadirkan para tokoh dengan segala aktifitas dan konflik yang
menyertainya. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita yang terdapat
dalam karya sastra.
Tokoh cerita adalah orang ( -orang ) yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam tindakan
(Abrams dalam Nurgiyanto 1998: 155). Pengarang melalui karyanya mengungkap
manusia dan kehidupannya ke dalam penokohan, oleh karena itu penokohan
merupakan unsur cerita yang tidak dapat dihilangkan, melalui penokohan cerita
menjadi lebih nyata dan menarik. Suharianto (1982: 31) mengungkapkan bahwa
penokohan atau perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita baik keadaan
lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya,
keyakinannya, adat istiadat, dsb.
Manusia selalu memperhatikan pola-pola perilaku yang beragam. Kita
bisa melihat dan mengenal kehidupan manusia lebih dalam kalau pola-pola
perilaku tersebut diamati dan dijelmakan oleh pengarang melalui karya sastra
yang diciptakanya. Semi (1990: 76) menyatakan bahwa penjelajahan ke dalam
batin atau kejiwaan untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk manusia
yang unik dan kompleks ini merupakan sesuatu yang merangsang. Bila ingin
melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh diperlukan psikologi.
Dalam banyak hal, kehidupan manusia dapat dikembangkan ke teori-teori
psikologi.
Dengan begitu, teori psikologi juga dapat dipergunakan untuk mengenal
pola perilaku masyarakat dalam realitas kehidupan di sekitar kita yang penuh
diwarnai oleh sebuah pola kultur, yakni kultur Jawa. Kultur tersebut sangat besar
pengaruhnya bagi individu yang berada di dalamnya. Hal itu dapat kita rasakan
pada diri sendiri atau orang lain pada kultur yang sama. Pada dasarnya
mempunyai sikap khas yang antara lain sabar, nrima, dan ikhlas. Sebagai contoh,
dapat kita lihat perilaku wanita Jawa di dusun Kluthuk.
Di dusun Kluthuk yang terletak di kabupaten Bantul, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta ( DIY ) banyak ditemukan wanita Jawa yang selain
mempunyai ketahanan psikis tinggi juga mempunyai fisik yang kuat. Mereka
terbiasa bekerja keras secara fisik, misalnya mencari rumput untuk pakan ternak,
memanggul padi hasil panen, atau menggendong barang dagangan dan masih
harus berjalan jauh ke pasar. Pada umumnya wanita Jawa mempunyai kebiasaan
untuk bangun paling pagi dan tidur paling akhir, sementara sepanjang hari
mengurus rumah. Meski tetap harus berjualan di pasar, ia masih juga menyiapkan
makan untuk suami dan anak-anaknya. Jarang ditemukan wanita Jawa yang manja
dan tidak mau bekerja (Christiana S. Handayani – Ardhian Novianto, 2004: 130).
Cristiana (2004: 117) dalam Kuasa Wanita Jawa mengatakan bahwa
konsep paternalistik yang secara formal hadir dalam hal pembagian peran antara
laki-laki dan wanita serta bagaimana kultur dusun tersebut menempatkan laki-laki
dan wanita juga unik. Ada konsepsi paternalistik yang berkembang di dalam
masyarakat Jawa bahwa istri adalah konco wingking. Secara tegas Padmo, sesepuh
dusun Kluthuk mengatakan:


Baca Selengkapnya


PANDANGAN DUNIA PENGARANG DALAM NOVEL TRILOGI: JENDELA-JENDELA, PINTU, DAN ATAP KARYA FIRA BASUKI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra dipandang sebagai refleksi zaman yang mewakili pandangan
dunia pengarang, tidak sebagai individu melainkan anggota masyarakat atau
kelompok sosial tertentu. Karya sastra juga dipandang sebagai refleksi zaman
yang dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
sebagainya. Hubungan antara pengarang, sastra, dan masyarakat bukanlah
sesuatu yang dicari-cari, bahkan sesuatu yang sah untuk dipermasalahkan. Karya
sastra pasti diciptakan oleh pengarang sebagai individu yang berasa dalam
masyarakat dan zaman tertentu.
Pandangan dunia pengarang merupakan produk interaksi antara pengarang
dengan situasi sekitarnya. Pandangan dunia pengarang terbentuk atas hubungan
antara konteks sosial dalam novel dengan konteks sosial kehidupan nyata dan latar
sosial budaya pengarang dengan novel yang dihasilkan. Pandangan dunia
pengarang akan dapat terungkap melalui tokoh problematiknya (problematic
hero). Pandangan dunia bagi Goldmann selalu terbayang dalam karya sastra
agung, adalah abstraksi (bukan fakta empiris yang memiliki eksistensi objektif).
Abstraksi itu akan mencapai bentuknya yang konkret dalam sastra. Oleh karena,
pandangan dunia itu suatu bentuk kesadaran kolektif yang mewakili identitas
kolektifnya, maka dia secara sahih dapat mewakili kelas sosialnya. Pandangan
inilah yang menentukan struktur karya sastra (Goldmann dalam Endraswara,
2003:57).
Melalui karya sastra masyarakat pembaca sastra akan mengetahui
kehidupan sosial masyarakat pencipta karya sastra tersebut (Sumardjo 1995:99 –
100). Dengan demikian, karya sastra yang diciptakan oleh sastrawan bertujuan
untuk menuliskan kembali kehidupan dalam bentuk cerita. Novel yang mampu
menggambarkan atau mencerminkan kehidupan yang nyata dalam sebuah
masyarakat tergolong sebagai novel yang baik, karena pada dasarnya, novel
adalah pengetahuan realita nonilmiah yang muncul dan terjadi dalam suatu
masyarakat (Wellek 1990:94). Dalam khasanah sastra sudah banyak pengarang
yang memunculkan karya sastra dalam bentuk novel. Salah satu novel yang akan
dijadikan objek penelitian ini adalah novel trilogi karya Fira Basuki.
Fira Basuki memang belum banyak dikenal oleh masyarakat, namun
karya-karyanya sudah mulai diperhatikan. Karya-karya Fira Basuki di antaranya
novel trilogi Jendela-jendela (2001), Pintu (2002), dan Atap (2002); Biru; Mr. B
(2004); serta Rojak (2004). Memahami novel karya Fira Basuki akan semakin
membuka mata hati pembaca untuk selalu percaya diri dan tidak mudah putus asa
dalam mengarungi hidup ini. Membaca ketiga novel, Jendela-jendela, Pintu dan
Atap baik secara berurutan atau tidak, pembaca akan menemukan hubungan satu
dengan lainnya. Membaca satu novel, pembaca akan tetap menemukan cerita
tersendiri yang terpisah. Fira Basuki mencoba mengupas berbagai sisi kehidupan
manusia sehari-hari.
Trilogi novel Jendela-jendela, Pintu dan Atap menceritakan kehidupan
dan problemanya di berbagai tempat seperti di Indonesia, Amerika Serikat, dan
Singapura. Tokoh utama, June dan Bowo, memiliki latar budaya Jawa yang
kental, tapi uniknya juga terpengaruh beberapa budaya asing. Judul-judul novel
triloginya mengambil bagian-bagian dari rumah yaitu Jendela-jendela, Pintu dan
Atap

Mau Dapat Uang Cuma-Cuma : Silahkan Gabung Ke :





Novel Jendela-jendela menceritakan tentang seorang wanita Indonesia
yang hidup di luar negeri untuk menuntut ilmu, sampai akhirnya kenal dengan
seorang laki-laki dan diteruskan ke jenjang pernikahan. Namanya June,
lengkapnya June Larasati Subagio. Seorang wanita berdarah Jawa kental,
bersuamikan Jigme, pria Tibet baik hati yang kemudian memeluk Islam. Hidup
June tidak begitu penuh liku dan memilukan namun tetap ada cerita yang terselip
di dalamnya. Cerita tentang masa kuliahnya, pacar-pacarnya, suaminya, teman
sekantornya sampai perselingkuhannya.
Novel Pintu menceritakan kehidupan seorang pria yang memiliki mata
ketiga atau indera keenam. Bowo, tokoh utama, mengajak pembaca mengikuti
kehidupannya mulai saat lahir hingga kini. Ia juga mengajak pembaca membuka
berbagai pintu kehidupan. Bowo yang memiliki latar belakang budaya Jawa
berbagi cerita, mulai dari pengalaman spiritual hingga kehidupan percintaannya.
Atap, sebuah bagian dari rumah. Atap juga tempat June dan Bowo
bertemu. Untuk mereka berdua, di sana adalah tempat yang sepi dan luas, June
bisa bercerita panjang lebar dan kakaknya mendengarkan serta berkomentar. June
berkelana pengembara mencari cinta dan menemukan jawaban siapakah Mr x si
pengagum gelap June. Sementara Bowo, kian mengasah indera keenam atau mata
ketiganya dan Bowo pun menentukan tautan hatinya.
Pada umumnya karya sastra lahir dari situasi yang terjadi disekitar
pengarang. Sastra merupakan gambaran masyarakat. Hal ini berarti bahwa
kejadian-kejadian atau problem kehidupan yang terjadi dalam masyarakat direkam
oleh pengarang dan didasarkan daya imajinasi dan kreasinya masalah-masalah
tersebut dituangkan dalam karya sastra. Pengarang mengajak pembaca untuk
melihat, merasakan, dan menghayati makna pengalaman hidup seperti yang
dirasakan pengarang melalui karyanya. Semi (1993:73) mengatakan bahwa sastra
merupakan gejolak hidup masyarakat, dan sastra mengabdikan diri untuk
kepentingan masyarakat. Karya sastra bisa menjadi gambaran masyarakat di
sekitar pengarang.
Karya sastra pada hakikatnya adalah pengejawantahan kehidupan, hasil
pengamatan sastrawan atas kehidupan sekitarnya. Pengarang dalam menciptakan
karya sastra didasarkan pada pengalaman yang telah diperolehnya dari realitas
kehidupan di masyarakat yang terjadi pada peran tokoh di dunia nyata dan
dituangkan ke dalam bentuk karya sastra (Suharianto 1982:11). Harjana
mengatakan bahwa karya sastra, termasuk novel merupakan potret kehidupan
yang mengangkut persoalan sosial tertentu. Untuk itulah, lahirnya karya sastra
tidak terlepas dari aspek sosial masyarakat tempat karya sastra itu diciptakan,
artinya karya sastra itu juga sebagai hasil imajinasi pengarang dan fenomena
sosial dari lingkungan masyarakat tempat pengarang berada (1981:71).


Baca Selengkapnya


KRITIK SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN ACUH TAK ACUH KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah ekologis menjadi tema segar dalam kumpulan cerpen Acuh Tak Acuh
karya Korrie Layun Rampan, disamping masalah-masalah sosial lain yang ditulisnya
pada masa pemerintahan Orde Baru. Sederetan nama hewan dan tumbuhan langka
berbahasa Latin dihadirkan Korrie dalam beberapa cerpennya, misalnya saja dalam
cerpen Penyu, ia menghadirkan nama zebrazoma, zebrazoma xanthurum, zebrazoma
flavercens untuk nama latin jenis ikan hias; brassia rex, dendrabium Claudia,
phalaenopsis ambinoze, phalaenopsis violacea untuk nama latin jenis anggrek dan
licuala grandis, licuala rumphii yang merupakan nama latin jenis palem. Masih ada
beberapa nama latin lain yang muncul dalam kumpulan cerpen Acuh Tak Acuh karya
Korrie Layun Rampan. Hadirnya nama-nama latin dalam cerpen Korrie ini
menunjukkan kekayaan flora dan fauna Indonesia yang perlu dilindungi agar mereka
dapat mengembangkan habitatnya juga merupakan bukti bahwa Korrie mempunyai
banyak pengetahuan tentang dunia flora dan fauna.
Korrie menyimpan kegelisahan yang kuat melihat kurang responsifnya
pemerintah terhadap berbagai macam pengrusakan lingkungan. Penebangan hutan
secara liar dalam skala besar yang menyebabkan pengundulan di sana-sini dan
perburuan liar terhadap jenis-jenis hewan yang dilindungi adalah bagian mata rantai
masalah lingkungan pada masa itu. Pembantaian penyu, perburuan buaya dan
pencemaran air yang berakibat pada punahnya beberapa jenis ikan merupakan contoh
tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab mewarnai cerpen Korrie dalam Acuh
Tak Acuh. Para penjarah memanfaatkan kekayaan alam untuk kepentingan pribadi
mereka tanpa memikirkan kelangsungan hidup kekayaan alam tersebut yang nantinya
juga mereka butuhkan.
Membaca kumpulan cerpen Acuh Tak Acuh karya Korrie Layun Rampan,
seakan membaca wajah ekologis Indonesia serta masalah-masalah yang terdapat di
dalamnya. Inilah yang coba dibeberkannya kepada masyarakat (pembaca) sehingga
mereka mau mengintrospeksi diri mereka untuk selanjutnya diharapkan mereka bisa
melakukan sesuatu hal untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut.
Kumpulan cerpen Acuh Tak Acuh menyajikan masalah-masalah pelik tanpa
disertai penyelesaian atas masalah-masalah sosial yang terjadi. Banyak masalah yang
muncul akibat ketidakpedulian masyarakat dan pemerintah terhadap pengrusakan
hutan. Penebangan hutan secara liar mengakibatkan banjir, merajalelanya wanita
tunasusila dan juga berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar yang menurun
karena mereka kehilangan mata pencahariannya dari hutan tersebut. Hal ini kemudian
menyebabkan meningkatnya kemiskinan. Sementara itu pihak pemerintah kurang
peduli pada nasib mereka juga nasib hutan yang telah menjadi gundul.
Pengrusakan dan penghancuran lingkungan pada zaman lampau membawa
akibat-akibat yang panjang pada kehidupan masa kini. Semua dicoba
ditransformasikan ke dalam kisah-kisah kehidupan yang dikaitkan dengan ekspresi
umat manusia dalam hubungannya dengan lingkungan hidup.

Mau Dapat Uang Cuma-Cuma : Silahkan Gabung Ke :




Mayoritas cerpen-cerpen Korrie dalam Acuh Tak Acuh menceritakan
perjalanan hidup seorang kuli tinta yang menemui berbagai macam kepincangan
dalam masyarakat yang berdampak bagi kelangsungan hidup mereka. Masalahmasalah
kemiskinan; keadilan; pengangguran; pemerkosaan; pembunuhan; Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN); disorganisasi keluarga; pelacuran; pelanggaran tata
tertib lalu lintas; seks di luar nikah; delinkuensi anak; kepadatan penduduk; punahnya
satwa langka; perusakan hutan; polusi dan kebijakan pemerintah atas perlindungan
satwa diangkat Korrie dalam cerpen-cerpennya.
Kata acuh tak acuh yang dijadikan judul dalam kumpulan cerpen Korrie
seolah-olah merupakan aplikasi sikap tokoh ciptaannya yang kurang peduli terhadap
berbagai masalah sosial yang terjadi di sekitar mereka. Secara tidak langsung hal ini
juga merupakan kritikan kepada mereka yang bersikap acuh tak acuh terhadap
kepincangan-kepincangan sosial tersebut.
Profesi Korrie sebagai seorang wartawan tentu saja berpengaruh terhadap
karya-karyanya termasuk dalam kumpulan cerpen Acuh Tak Acuh. Korrie mencoba
mengungkapkan fakta berdasarkan pengamatan dan perenungannya terhadap
masalah-masalah sosial di masyarakat yang didapatkannya selama perjalanannya
meliput berita di berbagai daerah


Baca selengkapnya

KAJIAN FILOLOGIS NASKAH “PELAYARAN MAKKAH”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filologi dipandang sebagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan karya masa lampau
yang berupa tulisan tangan. Melalui karya-karya masa lampau yang berupa tulisan inilah
khazanah kebudayaan dan pandangan hidup nenek moyang kita bisa terungkap. Sebab karyakarya
itu mengandung nilai-nilai luhur, gambaran kehidupan, ide-ide, pandangan hidup, citacita
yang hendak disampaikan leluhur sebagai penyusunnya kepada generasi penerus.
Studi terhadap naskah-naskah lama akan dapat membuka tabir sejarah kebudayaan
Indonesia lama yang beraneka ragam. Isi naskah lama mencakup rentangan yang luas tentang
kehidupan spiritual pendahulu-pendahulu serta memberikan gambaran yang memadai tentang
alam pikiran dan lingkungan hidupnya. Menggali warisan nenek moyang yang agung nilainya
itu perlu dalam rangka membina dan mengembangkan kebudayaan kita. Dengan mengkaji
naskah-naskah itu kita dapat memahami dan menghayati pandangan serta cita-cita yang
menjadi pedoman hidup mereka.(Sudjiman 1995:46)
Perbincangan secara spesifik tentang penelitan filologi yang tampaknya belum banyak
dilakukan, sehingga ia belum menjadi wacana keilmuan yang ngetren untuk dibicarakan.
Ibarat bola, belum banyak yang ikut menendang, sehingga bola itu hanya berpindah-pindah
dari beberapa pasang kaki yang itu-itu saja. Akibatnya bisa ditebak, masih banyak yang tidak
pernah tahu keberadaan bola itu, sehingga masih terbatas pula gol-gol yang dihasilkan. Ya,
sosialisasi penelitian filologi memang belum maksimal, sehingga masih belum banyak pula
karya-karya yang bermutu yang dihasilkan melalui penelitian filologi, setidaknya jika di
bandingkan dengan jumlah naskahnya yang mencapai jumlah ribuan.
Baried (1983 :1) berpendapat bahwa Filologi adalah suatu pengetahuan tentang sastrasastra
dalam arti yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesusastraan, dan kebudayaan.
Filologi sebagai satu disiplin ilmu berkaitan dengan karya masa lampau berupa tulisan. Karya
masa lampau ini dipelajari berdasarkan anggapan bahwa dalam peninggalan tersebut
terkandung nilai-nilai yang masih relevan dengan masa kini. Banyak informasi yang berkaitan
dengan masalah sosial budaya masa lampau yang tidak lagi dijumpai pada masa kini. Hal tersebut perlu dijelaskan agar dipahami oleh masyarakat saat ini.

Mau Dapat Uang Cuma-Cuma : Silahkan Gabung Ke :




Karya masa lampau tersebut biasanya tertulis dalam bahasa dan aksara yang agak susah
dipahami bagi orang masa kini, lagi pula karya-karya masa lampau tersebut masih tertulis di
atas bahan yang mudah rusak. Di samping itu, cara pewarisannya pun masih bersifat
tradisional yaitu dengan cara menyalin. Cara ini agaknya mengandung kelemahan-kelemahan
secara teoretis yaitu dengan adanya kesalahan dalam penyalinan naskah karena faktor
manusia, untuk itu diperlukan seorang peneliti yang memang dapat membuat naskah itu
menjadi valid dan lebih sempurna.
Minimnya penelitian filologi yang berbasiskan naskah, tampak bahwa terdapat
kesenjangan antara kepentingan menjembatani masa lalu dengan minimnya upaya dilakukan.
Peninggalan–peninggalan hasil karya kesusastraan lama hampir tidak dikenal orang, baik
orang yang langsung berkecimpung dalam bidang sastra maupun yang tidak, karena kita
menyadari dalam kesusastraan lama pada umumnya terdapat kata-kata Melayu, Jawa Kuno,
Sansekerta, dan sebagainya. Penggunaan kosa kata dan susunan kalimatnya sulit dipahami.
Naskah lama merupakan salah satu wujud dokumen sejarah yang banyak mengandung
nilai-nilai budaya masa lampau. Menurut Lubis (2001:22) jumlah naskah lama banyak
tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, Lubis (2001:28) mengemukakan bahwa naskah
naskah Nusantara juga tersebar di seluruh dunia, antara lain: Malaysia, Singapura, Brunai,
Srilanka, Afrika Selatan, thailand, Mesir, Inggris, Jerman, Rusia, Austria, Hongaria, Swedia,
Belanda, Spanyol, Itali, Prancis, Amerika dan Belgia. Khusus untuk naskah Melayu
diperkirakan terdapat 5.000 buah naskah di berbagai dunia, dan seperempatnya berada di
Indonesia.
Objek penelitian ini menggunakan teks Pelayaran ke Makkah kata pelayaran berasal
dari kata dasar “layar” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya mengarungi lautan;
bepergian dengan kapal, sedangkan pelayaran mempunyai arti perjalanan melalui laut; segala
sesuatu yang menyangkut perihal berlayar. Naskah Pelayaran ke Makkah menggunakan
aksara Arab berbahasa Melayu, pada rangkaian-rangkaian peristiwa yang kadang nampak
rancu dalam susunan bahasa, misalnya kata kasinkapura, kanagri mengakibatkan pembaca
sulit dalam mengikuti jalanya cerita. Dalam cerita tersebut keberadaan tokoh tidak begitu
ditonjolkan, karena lebih berkonsekuensi pada kelompok atau sering disebut dengan jamaah.
Dalam cerita ini perjalanan yang dilalui untuk menunaikan ibadah Haji sangat lama
karena pada masa itu belum adanya pesawat terbang dan masih menggunakan alat transportasi
kereta kuda dan kapal. Banyak halangan dalam melakukan perjalanan yaitu ombak yang
sangat besar sehingga kapal pemberangkatannya ditunda dan menunggu sampai ombak
kembali normal, kehabisan bekal makanan, seperti beras dan ikan karena selama di dalam
kapal para jamaah yang dipikir hanya makan dan minum saja. Para jamaah seringkali singgah
di kota atau negara yang dilewatinya untuk beristirahat, misalnya singgah di Malaka selama
13 hari disana para jamaah membeli makanan, beras, kayu, air, untuk bekal ditengah laut agar
tidak kehabisan bekal seperti perjalanan sebelumnya. Para Jamaah membawa uang rupiah dan
setiap berhenti ditukar dengan uang yang berlaku dalam negara itu misalnya berhenti di
negara Alpiah maka rupiah ditukar menjadi pasmah. Para Jamaah melakukan perjalanan dari
Makkah ke Madinah dengan naik onta yang disewanya. Setelah selesai semuanya dalam
melaksanakan ibadah haji, para jamaah kembali ke Jawa dengan naik kapal dari Jiddah
sampai ke Cirebon kemudian dari Cirebon sampai ke Sumedang naik kereta kuda. Para
Jamaah semuanya sampai dengan selamat.


Baca Selengkapnya

KAJIAN FILOLOGIS DAN NILAI-NILAI ISLAM DALAM HIKAYAT RAJA RAHIB

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia, sastra berkembang dalam dua periode menurut waktu
berlangsungnya sastra tersebut, yaitu satra lama dan sastra modern. Untuk
menentukan batas antara sastra lama dan sastra modern, Djamaris dalam bukunya
Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik mengatakan:

Sastra Melayu klasik masa waktunya cukup lama, yaitu sejak orang
Melayu mengenal tulisan, khususnya tulisan Arab, yang biasa disebut
tulisan Arab Melayu, kira-kira abad ke-17, kemudian tulisan latin sampai
dengan masa mengenal mesin cetak yang digunakan untuk menerbitkan
karya sastra itu. Sastra modern dimulai pada zaman Balai Pustaka sekitar
tahun dua puluhan. Sebelum zaman Balai Pustaka itu, karya sastra yang
ditulis dalam bahasa Melayu disebut sastra Melayu klasik atau sastra
Indonesia lama (Djamaris, 1990: 11)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa batas antara sastra
lama dan sastra modern cukup lama, yakni dari abad ke-17 sampai tahun dua
puluhan (zaman Balai Pustaka). Orang mengenal sastra Melayu sejak mereka
belum mengenal tulisan, khususnya tulisan Arab Melayu (tulisan Jawi), tulisan
Latin sampai akhirnya mengenal mesin cetak.
Sastra Melayu klasik atau sastra Indonesia lama, yakni mencakup segala
karya sastra yang ditulis tangan pada kertas, lontar, dan kulit kayu yang
diperbanyak dengan cara menyalin. Karya tulis ini menyimpan berbagai ungkapan
pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa lampau.
Pengetahuan tentang kebudayaan bangsa pada masa lampau tersebut dapat
digali melalui peninggalan nenek moyang. Peninggalan nenek moyang beberapa
abad yang lampau ada bermacam-macam bentuk, yaitu dalam bentuk tulisan yang
antara lain terdapat pada batu (prasasti), candi-candi, wilayah peninggalan sebuah
kerajaan atau benda purbakala yang lain, dan naskah-naskah. Selain bentuk tulis
tersebut ada juga peninggalan yang berbentuk lisan.
Namun, pada hakikatnya tidak ada peninggalan suatu bangsa yang lebih
memadai untuk keperluan penelitian sejarah dan kebudayaan daripada kesaksian
tertulis, terutama bila merupakan kesaksian tangan pertama, yang disusun oleh
suatu bangsa dalam masa hidupnya. Tulisan-tulisan inilah yang disebut naskah.
Naskah lama adalah salah satu bentuk dokumen tertulis yang sangat penting dan
mutlak harus diteliti. Melalui naskah lama ini dapat diketahui secara lebih nyata
tentang bagaimana cara berpikir penyusunnya, di samping telaah fakta yang lebih
memuaskan, karena diceritakan oleh yang bersangkutan.
Naskah sebagai dokumen tertulis tidak terlepas dari kebudayaan suatu
bangsa. Hal ini berarti bahwa isi suatu naskah dapat meliputi semua aspek
kehidupan budaya suatu bangsa, dalam arti dapat mencakup bidang-bidang
filsafat, kehidupan agama, kepercayaan, dan lain-lain.
Naskah juga merupakan dokumen sejarah yang mengandung nilai-nilai
budaya masa lampau yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar di seluruh
Nusantara. Naskah-naskah tersebut disimpan di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia (PNRI) di Jakarta, dan di tempat-tempat penyimpanan naskah yang lain,
yakni di museum-museum, lembaga pemerintahan, istana-istana. Selain itu juga
masih banyak naskah yang disimpan oleh perorangan yang merupakan warisan
nenek moyangnya dan dijadikan sebagai koleksi pribadi.
Mau Dapat Uang Cuma-Cuma : Silahkan Gabung Ke :




Naskah-naskah Nusantara tersebar di 26 negara, antara lain; Malaysia,
Singapura, Brunei, Srilangka, Thailand, Mesir, Imggris, Jerman, Rusia, Austria,
Hongaria, Swedia, Afrika Selatan, Belanda, Spanyol, Italia, Perancis, Amerika,
dan Belgia. Khusus naskah Melayu diperkirakan terdapat 5000 (lima ribu) buah
naskah, berdasarkan berbagai katalog naskah Melayu. Lebih seperempatnya
berada di Indonesia dan terbanyak terdapat di Jakarta (Lubis, 2001: 28)
Sebagian besar dari naskah-naskah tersebut masih banyak naskah yang
tidak tertangani dan termanfaatkan dengan baik, terlantar dan mengalami
kerusakan karena kurangnya pemeliharaan. Selain itu, juga masih banyak naskah
yang jarang diteliti karena adanya beberapa kendala, antara lain bahasa dan aksara
yang digunakan dalam naskah tersebut yang pada saat ini kurang begitu dikenal
dan dikuasai masyarakat misalnya, aksara Arab Melayu. Pada saat ini orang yang
bisa memahami aksara tersebut semakin sedikit. Hal ini disebabkan oleh tidak
diajarkannya aksara tersebut di sekolah-sekolah umum. Namun, bagaimanapun
sukarnya kendala dalam meneliti naskah lama, penelitian terhadapnya harus tetap
dilakukan.
Jika penelitian terhadap naskah lama tidak dilakukan, maka warisan nenek
moyang ini dikhawatirkan akan punah. Hal ini disebabkan mengingat banyaknya
naskah yang ditulis dengan menggunakan daun tal (lontar), kulit kayu, bambu,
dan kertas yang mudah lapuk dan hancur seiring pertambahan usia naskah.

Baca Selengkapnya ...

DIKSI DAN MAJAS SERTA FUNGSINYA DALAM NOVEL JANGAN BERI AKU NARKOBA KARYA ALBERTHIENE ENDAH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia sastra kita telah diperkaya oleh karya-karya pengarang baru yang
makin jelas sosok kepribadiannya. Sosok kepribadian pengarang yang jelas sebaiknya
diimbangi dengan keahlian menggunakan bahasa dalam menciptakan karya sastra.
Menggunakan bahasa untuk menyampaikan gagasan dan imajinasi dalam proses
penciptaan karya sastra sangat diperlukan oleh setiap pengarang. Hal ini menyiratkan
bahwa karya sastra merupakan peristiwa bahasa (Sudjiman 1993:1). Dengan
demikian, unsur bahasa merupakan sarana yang penting dan diperhitungkan dalam
penyelidikan suatu karya sastra. Suatu karya sastra baru dapat dinikmati apabila telah
disampaikan atau dinyatakan melalui bahasa.

Karya sastra menggunakan bahasa sebagai media (Greene 1969:35),
sedangkan sastra merupakan pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan
orang dalam kehidupan, apa yang telah direnungkan dan dirasakan orang mengenai
segi-segi kehidupan yang paling menarik minat secara langsung lagi kuat dari seorang
pengarang atau penyair (Hudson dalam Tarigan 1961:10). Secara singkat dapat
dikatakan bahwa bahasa merupakan wahana ekspresi dalam karya sastra. Bahasa
memiliki pesan keindahan sekaligus membawa makna dalam karya sastra.
Novel merupakan salah satu jenis karya sastra. Oleh karena itu, novel juga
menggunakan bahasa sebagai medianya. Menarik tidaknya bahasa yang digunakan
dalam karya sastra tergantung pada kecakapan sastrawan dalam menggunakan katakata
yang ada. Kehalusan perasaan sastrawan dalam menggunakan kata-kata sangat
diperlukan. Di samping itu, perbedaan arti dan rasa sekecil-kecil pun harus dikuasai
pemakainya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang leksikografi seorang sastrawan
sangat mutlak diperlukan.

Wellek dan Warren (1995:14) mengungkapkan bahwa ada perbedaan utama
antara bahasa sastra, bahasa sehari-hari, dan bahasa ilmiah. Pemakaian bahasa
sehari- hari lebih beragam, sementara bahasa sastra adalah hasil dari penggalian dan
peresapan secara sistematis dari seluruh kemungkinan yang dikandung oleh bahasa
itu. Wellek dan Warren (1995:15) menyatakan bahwa, bahasa sastra lebih bersifat
khas. Bahasanya penuh ambiguitas, homonim, dan sangat konotatif, sedangkan
bahasa ilmiah cenderung menyerupai sistematika atau logika simbolis dan bersifat
denotatif. Maka tidak mengherankan jika bahasa sastra bersifat menyimpang dari
kaidah-kaidah ketatabahasaan.

Keistimewaan pemakaian bahasa dalam karya sastra sangat menonjol, karena
salah satu keindahan suatu karya sastra dapat dilihat dari bahasanya. Tanpa keindahan
bahasa, karya sastra menjadi hambar. Keistimewaan bahasa dalam karya sastra terjadi
karena adanya konsep licential poetika (kebebasan penyair atau pengarang dalam
menggunakan bahasa), atau pengarang mempunyai maksud tertentu. Kebebasan
seorang sastrawan untuk menggunakan bahasa yang menyimpang dari bentuk aturan
konvensional guna menghasilkan efek yang dikehendaki sangat diperbolehkan.
Dalam memilih penggunaan bahasa, misalnya, Sujdiman (1993:19-20) mengatakan
bahwa sastrawan dapat memilih antara (1) mengikuti kaidah bahasa secara tradisional
konvensional, (2) memanfaatkan potensi dan kemampuan bahasa secara inovatif, atau
(3) menyimpang dari konvensi yang berlaku.

Adanya konsep licentia poetica dapat membuat bahasa sastra memiliki sosok
yang berbeda dengan bahasa nonsastra. Hal itu sejalan dengan pendapat Teeuw
(melalui Sudjiman 1993:16) yang mengatakan bahwa ada dua prinsip universal utama
yang berfungsi dalam kode bahasa sastra, yaitu prinsip ekuivalensi atau kesepadanan
dan prinsip deviasi atau penyimpangan.
Ungkapan kebahasaan seperti yang terlihat dalam sebuah novel merupakan
suatu bentuk kinerja kebahasaan seseorang. Ia merupakan pernyataan lahiriah dari
sesuatu yang bersifat batiniah. Hal itu sejalan dengan teori kebahasaan Chomsky
(melalui Flower 1997:6) yang membedakan adanya perbedaan struktur lahir dan
struktur batin. Struktur lahir adalah wujud bahasa yang kongret yang dapat
diobservasi. Ia merupakan suatu perwujudan bahasa. Struktur batin, dipihak lain,
merupakan makna abstrak kalimat (bahasa) yang bersangkutan, merupakan struktur
makna yang ingin diungkapan.
Penyimpangan penggunaan bahasa berupa penyimpangan terhadap kaidah
bahasa, seperti banyaknya pemakaian bahasa daerah, pemakaian unsur-unsur daerah,
dan pemakaian bahasa asing atau unsur-unsur asing. Penyimpangan terhadap kaidah
kebahasaan tersebut diduga dilakukan untuk tujuan tertentu sehingga perlu dikaji.
Penggunaan bahasa yang menyimpang seperti banyaknya penggunaan bahasa
daerah dalam khasanah novel Indonesia pada darsawarsa ini banyak ditemukan

Baca Selengkapnya

Sunday, February 14, 2010

Kumpulan Skripsi Jurusan Biologi

Download Link Kumpulan Skripsi Jurusan Biologi

PENGARUH TEPUNG TEMPE TERHADAP JARINGAN KANKER MAMMA DAN GAMBARAN MIKROANATOMI GINJAL MENCIT (Mus musculus) GALUR C3H YANG DITRANSPLANTASI SEL Adenocarcinoma mammae

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SIDAGURI TERHADAP KADAR ENZIM AST DAN ALT PADA DARAH TIKUS PUTIH

PENERAPAN HAKIKAT AUTHENTIC TEACHING PADA PROSES PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP BAGI PENINGKATAN MUTU KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

PENGARUH TEPUNG TEMPE TERHADAP JARINGAN KANKER MAMMA DAN GAMBARAN MIKROANATOMI GINJAL MENCIT (Mus musculus) GALUR C3H YANG DITRANSPLANTASI SEL Adenocarcinoma mammae

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian yang cukup
tinggi. Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terdapat 100 penderita baru dari
setiap 100.000 penduduk dan penyakit kanker menduduki urutan ke-3
penyebab kematian sesudah jantung dan paru-paru (Nugroho dkk, 2000). Data
dari American Cancer Society menunjukkan bahwa kematian akibat kanker
pada wanita didominasi oleh kanker payudara (Khomsan, 2004).
Insidens kanker payudara di Kodya Semarang menempati urutan
pertama yaitu 10,25 per 100.000 penduduk pada tahun 1995. Begitu juga di
Kodya Ujung Pandang dan Yogyakarta, insidens kanker payudara menempati
urutan yang pertama dengan rata-rata 12,54 dan 14,62 per 100.000 penduduk
tahun 1995 (Soetiarto, 1996). Menurut data WHO tahun 2004, ada sekitar 1,2
juta wanita yang didiagnosis menderita kanker payudara. Sementara itu, pada
pria, kanker payudara juga mungkin saja hinggap, walaupun jumlah kasusnya
sangat kecil, yaitu sekitar 1450 pada tahun 2004 (Kartika, 2005).
Pengobatan kanker pada umumnya sama, yaitu salah satu atau
kombinasi dari operasi, penyinaran (radioterapi), obat pembuluh sel kanker
(sitostatika), meningkatkan daya tahan tubuh dan pengobatan dengan hormon
(Nugroho dkk, 2000). Semua cara tersebut belum menghasilkan penyembuhan
yang memuaskan. Oleh karena itu, upaya pengobatan secara tunggal belum dapat diharapkan
untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat ini.

Upaya pencegahan perlu diberikan dalam mengatasi masalah kanker (Bustan, 1997).
Pencegahan adalah cara terbaik dalam penanganan suatu penyakit.
Menurut Soetjipto (dalam San ,2003) pola hidup sehat dan menghindari stress
adalah salah satu sarana untuk menghambat penyebaran sel kanker dan
memperpanjang usia harapan hidup. Sejumlah penelitian menunjukkan
konsumsi buah-buahan dan sayuran bisa menurunkan resiko kanker payudara.
Pasalnya, bahan pangan dari tumbuhan kaya akan antioksidan yang mencegah
kerusakan sel-sel yang bisa menyebabkan kanker (San, 2003). Tumbuhtumbuhan
juga mengandung fitokimia. Banyak jenis fitokimia yang bermanfaat
bagi kesehatan, contohnya kedelai. Fitokimia yang terkandung dalam kedelai,
yaitu isoflavon, disebut-sebut sebagai zat yang mempunyai struktur kimia dan
aktivitas biologis menyerupai hormon estrogen dalam tubuh. Fitokimia ini
antara lain terdapat pada protein kedelai seperti tempe (Senior, 2004).
Tempe sebagai makanan tradisional berpeluang dan berpotensi untuk
melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan
mencegah terjadinya penyakit degeneratif (kanker, osteoporosis, jantung
koroner, diabetes mellitus, dan lain-lain) (Astawan, 2003). Senyawa dalam
tempe yang diduga memiliki aktivitas anti penyakit degeneratif, antara lain
vitamin E, karotenoid, superoksida desmutase, dan isoflavon (Anonim, 2004).
Hal ini didukung fakta pada kebanyakan bangsa Asia yang banyak
mengkonsumsi tempe, angka penderita kanker payudara lebih rendah daripada
negara lain seperti di Amerika dan Eropa yang jarang mengkonsumsi kedelai.

Selengkapnya

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SIDAGURI TERHADAP KADAR ENZIM AST DAN ALT PADA DARAH TIKUS PUTIH

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara tropis yang dikenal kaya dengan
keanekaragaman hayatinya, antara lain berbagai jenis tumbuhan yang disebut
sebagai tanaman obat tradisional. Walaupun industri obat sintesis tumbuh dengan
pesat, namun konsumen obat tradisional tetap terus meningkat. Kecenderungan
tersebut didukung oleh kondisi Indonesia yang berada dalam krisis ekonomi yang
berkepanjangan, sehingga obat tradisional yang harganya relatif lebih murah
menjadi alternatif pilihan masyarakat. Menanggapi kecenderungan masyarakat
tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang manfaat dan efek negatif dari setiap
obat tradisional sehingga penggunaanya tetap dapat dipertanggungjawabkan
secara medik (Retno, 1998).
Salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai
obat tradisional adalah sidaguri, yang mempunyai nama ilmiah Sida rhombifoliaL.
Sidaguri dilaporkan berkhasiat sebagai obat asma, rematik, TBC kelenjar dileher,
cacing kremi, eksem, disentri, sakit gigi, sakit perut, bisul, kudis, memar, bengkak
pada patah tulang dan borok (Djauhari et al, 2004). Dalam daun sidaguri
terkandung sejumlah senyawa kimia yang sudah diketahui yaitu alkaloid, kalsium
oksalat, tanin, saponin, phenol, asam amino, minyak terbang, zat phlegmatik
untuk ekspektoran dan lubrikan. Batang mengandung kalium oksalat dan tanin.
Akar mengandung alkaloid, steroid dan aphedrine. Efek farmakologis dari
sidaguri yaitu memiliki rasa manis, sedikit pedas dan sejuk. Zat kimia yang

terkandung dalam tanaman sidaguri dapat masuk dan mempengaruhi jantung, hati,
paru-paru, usus besar dan usus kecil (Utami dan Tim Lentera, 2004).
Senyawa alkaloid dalam sidaguri dapat menghambat produksi xantin
oksidase (Anonim, 1999). Xantin oksidase adalah enzim yang mengkatalisis
hidroksilasi hipoxantin menjadi xantin dan hidroksilasi lebih lanjut xantin menjadi
asam urat dalam reaksi oksidasi-reduksi (Marks et al, 2000). Oleh karena itu
penghambatan produksi xantin oksidase dapat menurunkan hidroksilasi
hipoxantin menjadi xantin, kemudian lebih lanjut hidroksilasi xantin menjadi
asam urat. Dengan menurunnya hidroksilasi xantin menjadi asam urat, maka
kadar asam urat dalam darah akan menurun.
Enzim xantin oksidase mengkatalisis katabolisme senyawa purin menjadi
asam urat. Sehingga tanpa adanya enzim xantin oksidase, maka katabolisme purin
menjadi asam urat tidak dapat berlangsung (Martin, 1983). Asam urat merupakan
hasil akhir metabolisme senyawa purin dalam tubuh manusia. Senyawa purin ini
dapat berasal dari makanan dapat pula berasal dari hasil pemecahan asam nukleat
yang ada dalam tubuh manusia itu sendiri. Dalam serum, asam urat terutama
berada dalam bentuk natrium urat (Krisnatuti et al, 1999).
Alkaloid digunakan secara luas dalam bidang pengobatan, walaupun
seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologis
yang menonjol (Harborne, 1996). Apabila ekstrak sidaguri dikonsumsi setiap
hari, mengingat bahwa alkaloid dalam sidaguri bersifat toksik, maka kemungkinan
akan merusak fungsi hati, karena hati dipaksa bekerja terus menerus untuk
menetralisir senyawa -senyawa kimia terutama alkaloid dari daun sidaguri

Selengkapnya ...

PENERAPAN HAKIKAT AUTHENTIC TEACHING PADA PROSES PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP BAGI PENINGKATAN MUTU KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konsep keanekaragaman makhluk hidup merupakan bagian dari materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP). Prinsip pembelajaran IPA dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah penerapan proses-proses IPA (mengamati, mengukur, menguji, memperkirakan, manganalisis, membandingkan, mengklasifikasi, bereksperimen serta membuat kesimpulan). Kurikulum ini juga menerapkan beberapa prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu: learning by doing (belajar dengan mengalami secara nyata), mengembangkan ketrampilan sosial, pemecahan masalah, keingintahuan, dan imajinasi serta mendorong siswa untuk terus belajar (Balitbang Depdiknas, 2001). Materi dalam konsep ini meliputi ciri-ciri, pengelompokkan dan keanekaragaman makhluk hidup. Mengingat isi materi tersebut, maka sumber belajar yang tepat adalah makhluk hidup yang banyak ditemui di lingkungan sekitar. Dengan memanfaatkan obyek kongkrit dapat menunjang penerapan proses IPA dan prinsip pembelajaran dalam KBK .
Sekalipun demikian pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar yang mudah belum maksimal. Seperti yang ditemui di SMP Negeri xxx . Dari hasil observasi awal diperoleh informasi kegiatan belajar mengajar konsep keanekaragaman makhluk hidup belum menerapkan proses-proses IPA dan prinsip-prinsip pembelajaran KBK. Sumber belajar masih

terbatas buku teks dan lembar kegiatan siswa. Metode yang digunakan monoton, yaitu ceramah. Ini berdampak pada interaksi guru dengan siswa cenderung searah dan 99 % siswa mengalami kesulitan belajar. Masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dihadirkan guru belum mampu menarik minat siswa untuk mendiskusikannya karena keterbatasan waktu yang dialokasikan. Hasil belajar juga kurang memuaskan, tampak pada rata-rata ulangan harian hanya 54,34 dan persentase ketuntasan belajar 38,6 %, yang belum dapat dikatakan tuntas klasikal.
Dari hasil wawancara dengan guru, guru pernah menerapkan proses IPA, namun hanya beberapa kali saja dalam satu semester dan pada materi tertentu. Selain itu guru juga kurang memanfaatkan media lain dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), seperti isu-isu hangat di media massa dan peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di lingkungan sekitar. Ini menunjukkan kepedulian guru dalam pengembangan KBM yang lebih variatif dan menghadirkan peristiwa nyata yang terjadi di lingkungan sekitar masih kurang.
Newman (2004) memberikan pengertian tentang Authentic Teaching sebagai suatu model atau strategi pembelajaran yang diarahkan pada tercapainya hasil belajar yang sesungguhnya dengan merancang pembelajaran mendekati kenyataan dalam kehidupan (Priyono, 2006). Pembelajaran tersebut diindikasikan dengan lima standar yaitu (1) berpikir tingkat tinggi, (2) kedalaman tingkat pengetahuan, (3) keterkaitan dengan kehidupan, (4) dialogal dan (5) adanya dukungan sosial untuk sukses.

Selengkapnya ...

Kumpulan Skripsi Teknik Elektro



Download Link Kumpulan Skripsi Teknik Elektro

Miniatur Sistem Kendali Lampu Reklame Berbasis Programmable Logic Controller (PLC) CPM-1

PENSTABIL FLUKTUASI TEGANGAN CHARGER HANDPHONE TENAGA SURYA

PERBEDAAN RUGI TEGANGAN PADA RESISTOR YANG MENGGUNAKAN DAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN RANGKAIAN PENYANGGA

REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMBELAJARAN BACA AL-QUR’AN BERBASIS MULTIMEDIA

SIMULASI MESIN PENCETAK BATU BATA BERBASIS PLC

SIMULASI MESIN PENCETAK BATU BATA BERBASIS PLC

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Banyak cara yang dilakukan manusia agar taraf hidupnya menjadi lebih
baik serta menghasilkan uang untuk keperluan sehari-hari. Diantara sekian
macam pekerjaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup, masyarakat
mengembangkan kegiatan kewirausahaan dengan mendirikan industri rumah
tangga (home industri). Salah satu industri rumah tangga tersebut adalah
pembuatan batu bata yang digunakan sebagai bahan bangunan untuk
mendirikan sebuah rumah atau gedung. Masyarakat yang menggeluti bidang
ini, banyak diantaranya cara pembuatan batu bata dengan cara tradisional,
sehingga produksi yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan pasar.
Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan pembangunan-pembangunan
rumah tinggal ataupun gedung perkantoran dan toko semakin bertambah.
Mesin pencetak batu bata merupakan suatu mesin yang dapat membantu
mengatasi permasalahan yang terkait dengan produk batu bata untuk
memenuhi kebutuhan pasar. Penggunaan mesin ini dapat menghemat waktu
dan tenaga tanpa harus duduk berjam-jam untuk mencetak satu-persatu,
karena mesin tersebut didesain sedemikian rupa sehingga dapat mencetak batu
bata dalam jumlah banyak dengan waktu relatif cepat.

Pengoperasian mesin pencetak batu bata memerlukan sebuah program
yang digunakan untuk menjalankan motor. Motor tersebut digunakan untuk
mengepres, mencetak dan menjalankan konveyor. Program yang digunakan
adalah Programable Logic Controler (PLC), dimana didalam prangkat
kerasnya (hardware) terdapat limit switch yang digunakan sebagai pengganti
sensor.
Limit switch tersebut berfungsi sebagai sakelar yang digunakan untuk
memutuskan arus yang mengalir pada motor untuk konveyor, dan dalam
waktu yang bersaman motor pengepres dan pencetak bekerja, sehingga dalam
rangkaian ini motor untuk konveyor dan motor prescetak bekerja secara
bergantian.
Pembuatan perangkat lunak (software) atau program membutuhkan
sebuah pengamatan yang mana harus diketahui bahwa dalam mengoprasikan
motor konveyor dan motor pres memerlukan waktu (timer). Timer ini
digunakan untuk memberikan tenggang waktu berapa lama motor prescetak
bekerja setelah motor roler berhenti. Waktu tersebut harus kita hitung agar
natinya tidak terjadi tabrakan.
Perhitungan waktu itu adalah ketika wadah tanah berada tepat dibawah
pres, konveyor berhenti dan diwaktu yang berasamaan motor prescetak
bekerja. Pada saat inilah kita harus menghitung berapa waktu yang dibutuhkan
motor untuk berputar sebesar 360 o , yaitu mulai dari titik mati atas ke titik
mati bawah dan kembali ketitik mati atas lagi. Prinsip ini hampir sama dengan
cara kerja seker pada kendaraan bermotor.

Baca Lebih Lanjut ....

REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMBELAJARAN BACA AL-QUR’AN BERBASIS MULTIMEDIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang komputer saat ini,
baik dalam perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software),
hampir sebagian besar pekerjaan manusia kini diselesaikan dengan komputer.
Dengan demikian, komputer dapat dikatakan sebagai salah satu alat bantu
manusia dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Pemakaian komputer sering
digunakan untuk hal-hal yang berkenaan dengan pemrosesan data (data
processing) dan pengolahan kata (word processing). Salah satu alasan,
mengapa komputer cenderung digunakan sebagai alat bantu dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan karena pekerjaan yang dilakukan
menggunakan komputer memiliki kecepatan proses yang lebih dapat
diandalkan.
Suatu informasi pada kenyataannya akan lebih efisisen dan efektif
dengan diterapkannya komputerisasi, karena segala sesuatu dituntut serba
cepat dan akurat, seiring dengan perkembangan jaman maka teknologi
komputer juga semakin berkembang pula di berbagai bidang. Salah satu
bidang yang terpengaruh adanya perkembangan teknologi komputer adalah di
bidang keagamaan. Hampir semua kegiatan keagamaan yang ada dapat
digunakan sebagai bahan untuk membuat suatu pembelajaran dengan berdasar
pada teknologi komputer.
Kegiatan keagamaan yang dapat dipakai untuk membuat pembelajaran
antara lain tuntunan wudlu, tuntunan sholat, baca dan tulis Al-Qur’an dan
masih banyak lagi. Dalam hal ini penulis ingin membuat suatu pembelajaran
membaca Al-Qur’an secara interaktif dengan memakai teknologi komputer
yang bertujuan untuk lebih mempermudah bagi pemula yang ingin belajar
membaca Al-Qur’an. Dengan adanya software pembelajaran ini diharapkan
para pemula dapat dengan mudah berinteraksi dalam proses kegiatan belajar
membaca Al-Qur’an.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan
masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
”Membuat Suatu Aplikasi Pembelajaran Baca Al-Qur’an Berbasis
Multimedia”

1.3 Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dari penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Multimedia yang digunakan yaitu : gambar, teks, suara.
2. Cara pembacaan dengan menggunakan metode tajwid dasar.
3. Pada menu evaluasi diberikan soal multiple choice, untuk mengetahui
pengetahuan murid.

Baca Selengkapnya ...

PERBEDAAN RUGI TEGANGAN PADA RESISTOR YANG MENGGUNAKAN DAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN RANGKAIAN PENYANGGA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan besaran
sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan
dengan angka disebut sebagai besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk
besaran karena dapat diukur dan dinyatakan dengan angka-angka, akan tetapi
warna benda, kejujuran, kebaikan dan kesenian tidak termasuk besaran karena
tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan angka-angka. Suatu besaran pada
umumnya memiliki satuan, tetapi ada beberapa besaran yang tidak memiliki
satuan, misalnya indeks bias cahaya dan massa jenis relatif.
Pengukuran memberikan landasan dasar utuk penelitian dan
pengembangan. Pengembangan merupakan tahap akhir dari prosedur
perancangan. Seluruh perancangan mekanis dari setiap hal yang rumit terdiri dari
tiga elemen, diantaranya elemen empiris, rasional dan eksperimental.
Elemen empiris didasarkan pada pengalaman dan akal sehat
kerekayasaan (engineering), sedangkan elemen rasional tunduk pada prinsip
rekayasa, hukum-hukum fisika dan lain sebagainya. Sementara elemen
eksperimental didasarkan pada pengukuran bermacam-macam besaran yang
berhubungan dengan proses yang dikembangkan (B.B Maragani, 1987:4).

Hasil pengukuran harus dapat dipercaya (reliable). Dalam pengukuran
dibutuhkan piranti ukur (instrument) sebagai sarana untuk menentukan besar
(harga) suatu besaran. Contoh piranti ukur adalah Voltmeter.
Voltmeter merupakan piranti guna mengukur besar selisih potensial
listrik. Nilai besaran yang ditunjukkan oleh Voltmeter ditampilkan menggunakan
jarum tunjuk (Voltmeter Analog) atau angka (Voltmeter Digital). Voltmeter
mempunyai kepekaan atau sensitivitas. Kepekaan alat ukur merupakan
perbandingan antara besar tanggapan alat itu dengan besarnya kuantitas yang
diukur. Kepekaan Voltmeter dapat dinyatakan dalam KW/Volt.
Sebelum mengoperasikan piranti terlebih dahulu dipahami prinsipprinsip
kerja piranti dan mampu memperkirakan apakah pesawat tersebut sesuai
untuk pemakaian yang telah direncanakan. Voltmeter memiliki ketelitian yang
berbeda-beda, untuk mengetahui ketelitian Voltmeter harus digunakan Voltmeter
yang telah diketahui besarnya resistansi masukan Voltmeter tersebut, agar dapat
dibandingkan dengan hambatan pada rangkaian yang diukur tegangannya.
Besarnya resistansi masukan (Ri) Voltmeter bergantung pada batas ukur.
Tegangan listrik arus searah (Direct Current = DC) dapat diukur
menggunakan Voltmeter DC. Voltmeter terdapat juga pada multimeter yang
difungsikan sebagai Voltmeter DC. Multimeter disebut juga VOM (Volt Ohm dan
MiliAmperemeter).


B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, guna memberikan arah bagi penelitian ini maka
ditarik rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan hasil pengukuran rugi tegangan listrik DC pada resistor
yang menggunakan dan yang tidak menggunakan rangkaian penyangga?
2. Hasil pengukuran mana yang lebih mendekati nilai sebenarnya?


C. Pembatasan Masalah

Banyak hal yang berkaitan dengan resistor, Voltmeter, rangkaian
penyangga dan tegangan listrik, maka pada penelitian ini diperlukan batasanbatasan.
Resistor yang digunakan dalam penelitian ini adalah resistor yang
memiliki nilai hambatan 200 K Ohm sampai dengan 960 K Ohm. Nilai resistor
menggunakan kode warna, kemampuan dayanya 0,25 Watt dengan toleransi 1%.
Hal ini dikarenakan secara teori semakin besar nilai tahanan yang digunakan maka
akan semakin tampak kesalahan pada pengukuran akibat dari efek pembebanan

Baca Lebih Lanjut

PENSTABIL FLUKTUASI TEGANGAN CHARGER HANDPHONE TENAGA SURYA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi didorong oleh kemajuan dalam bidang teknologi
energi listrik. Kimia, fisika, dan matematika mendasari ini semua. Ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak akan banyak gunanya bila tidak dapat
dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Energi listrik yang berperan penting dalam pemanfaatan teknologi belum mampu untuk mencukupi kebutuhan peralatan komunikasi masyarakat
yang ada di daerah pelosok, hal ini disebabkan karena factor geografis. Untuk mengatasi kebutuhan akan energi listrik guna menunjang kebutuhan peralatan komunikasi masyarakat terutama di daerah terpencil atau di daerah-daerah yang belum ada persediaan energi listrik maka energi listrik yang berasal dari
tenaga surya merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan peralatan telekomunikasi masyarakat. Hal ini ditunjang dengan letak negara Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa memungkinkan pemanfaatan energi matahari untuk diubah menjadi energi listrik sebagai charger peralatan
telekomunikasi seperti handphone, karena sinar matahari bersinar sepanjang tahun.

Komponen utama charger handphone dengan tenaga surya adalah sel
surya. Sel surya adalah suatu alat yang berguna untuk mengubah energi
matahari menjadi energi listrik secara langsung. Energi listrik yang dibangkitkan oleh sel surya berupa energi listrik arus searah atau DC (Direct
Currnet). Dalam kerjanya sel surya memakai prinsip persambungan p-n yang
terbuka (Milman dan Halkias, 1992). Sel surya biasanya dibuat dari bahan semikonduktor. Jenis semikonduktor yang dipergunakan adalah silikon dan germanium. Salah satu komponen elektronika yang menggunakan semikonduktor dan memakai prinsip persambungan p-n adalah transistor
persambungan bipolar atau Bipolar Junction Transistor (BJT). Tegangan yang dihasilkan oleh sel surya belum stabil untuk digunakan langsung sebagai charger handphone. Hal ini disebabkan karena tegangan
yang dihasilkan sel surya dipengaruhi oleh kapasitas cahaya matahari yang
diterima sel surya. Fluktuasi ini perlu distabilkan sehingga bisa menghasilkan
tegangan yang konstan dan tetap. Untuk menjawab masalah yang telah
diuraikan diatas maka penulis bermaksud merealisasikan suatu alat charger
handphone dengan tenaga surya tersebut dengan mengambil judul skripsi
“ Penstabil Fluktuasi Tegangan Charger Handphone Dengan Tenaga
Surya”.


B. Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan suatu masalah yang
relevan dengan judul yang ada yaitu:
1. Bagaimana membuat alat charger handphone sebagai pembangkit energi
listrik dengan menggunakan tenaga surya?

Baca Lebih Lanjut

Miniatur Sistem Kendali Lampu Reklame Berbasis Programmable Logic Controller (PLC) CPM-1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan sekarang ini telah banyak system pengendalian lampu
reklame yang otomatis dan lebih baik dari pada menggunakan pengendalian yang
menggunakan system kontrol yang konvensional pengendalian tersebut dengan
menggunakan suatu program pengendalian reklame yang telah berkembang
sekarang ini.
Pada saat ini telah banyak berkembang sistem pengendalian lampu
reklame yang menggunakan suatu program. Salah satunya menggunakan program
pengendali Programmable Logic Controller (PLC). Dengan menggunakan
program tersebut maka mode nyala lampu dapat mudah diubah – ubah sesuai yang
dikehendaki tinggal mengubah program.
Pada akhir-akhir ini sedang dikembangkan sistem pengendali berbasis
PLC, Seiring dengan lajunya perkembangan yang terjadi pada saat ini, sistem
kendali lampu reklame menggunakan program PLC, dan mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan saklar sistem kendali konvensional atau saklar magnet,
adapun kelebihannya adalah sebagai berikut:
1. Biaya pembuatan lebih murah, efisien dan efektif
2. Lebih handal dan biaya perawatan lebih ringan
3. Lebih aman pada tekinisi, karena rangkaian kontrol dan untuk operator
menggunakan sumber tegangan Direct Current (DC).


B. Permasalahan

Rumusan permasalahan yang dikaji dalam pembuatan Tugas Akhir ini
adalah masalah sistem kendali dan pengontrolan sangatlah berperan penting di
dalam mengendalikan miniatur lampu reklame, antara lain; ketepatan saat
perpindahan nyala lampu sesuai dengan sistem kendali yang kita kehendaki.


C. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi masalah dalam pembuatan tugas akhir ini maka pokok
permasalahan yang akan dibahas, dibuat dan disajikan dalam pembuatan Tugas
Akhir ini, maka perlu adanya:
1. Pembuatan suatu program perangkat lunak (software) dengan
menggunakan PLC Omron CPM 1A untuk pengendalikan lampu reklame,
dimana software menggunakan program syswin maupun consule. Dan
dibuktikan pembuatan miniatur system kendali lampu reklame sesuai
dengan program yang dikehendaki.
2. Pembuatan miniatur yang dikendalikan dengan PLC sehingga dapat
dipelajari cara kerja dari sistem kendali reklame dengan mudah.

Baca Lebih Lanjut ..

Kumpulan Skripsi Fisika

Link Download Kumpulan Skripsi Fisika

ANALISIS XRD FILM TIPIS AlxGa1-xN DI ATAS SILIKON (111) YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE DC MAGNETRON SPUTTERING


PENGARUH TEKANAN GAS ARGON PADA PENUMBUHAN FILM TIPIS Ga2O3 DOPING Mn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DC MAGNETRON SPUTTERING


PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA MENGGUNAKAN KOMPUTER BERBASIS WEB PADA MATA KULIAH FISIKA SEKOLAH MENENGAH POKOK BAHASAN LISTRIK STATIS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA MENGGUNAKAN KOMPUTER BERBASIS WEB PADA MATA KULIAH FISIKA SEKOLAH MENENGAH POKOK BAHASAN LISTRIK STATIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka meningkatkan pembangunan nasional, bangsa Indonesia telah
melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar di
setiap jenjang dan tingkat pendidikan, agar diperoleh sumber daya manusia Indonesia yang
berkuaiitas yang siap bersaing di dunia global. Seperti dijelaskan dalam UUD 1945, di
sebutkan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,
begitu juga dalam GBHN juga dititik beratkan pada sektor pendidikan.
Guru sebagai barisan paling depan dalam rangka mencetak sumberdaya manusia
berkualitas, guru harus mampu menciptakan suasana belajar mengajar di sekolah dengan
sebaik - baiknya, (profesi keguruan; 1994). Mahasiswa calon guru hendaknya
mempersiapkan diri dengan berbagai ketrampilan intelektual yang memadai, ketrampilan
intelektual tersebut meliputi, ketrampilan penguasaan konsep dari materi yang akan
disampaikan serta senantiasa menyiapkan diri untuk menjawab setiap perkembangan
masyarakat dengan berbagai penguasaan informasi dan teknologi.
Untuk menyampaikan materi pada umumnya para guru menggunakan buku - buku
pegangan atau bahan ajar, penggunaan bahan ajar sangatlah bermanfaat, Salah satu
manfaat dari bahan ajar adalah untuk mengatasi keterbatasan frekuensi tatap muka antara
siswa dengan pengajar. Dengan adanya bahan ajar tersebut siswa dapat belajar secara
mandiri dan tidak terlalu menggantungkan belajar dan catatan.

Saat ini bahan ajar tertulis dalam bentuk buku seperti modul sudah sanyak di
ciptakan namun bahan ajar yang ditampilkan dalam media audio visual melalui jaringan
internet belum banyak yang mencoba mengembangkannya.

Seiring dengan kemajuan sistem Teknologi Informasi (TI), dunia pendidikan
senantiasa bergerak maju secara dinamis, khususnya untuk menciptakan media, metode dan
materi pendidikan yang semakin menarik, interaktif dan komprehensif. Oleh karena itu
sektor pendidikan kita harus mampu memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) untuk
mengembangkan sistem pendidikan berbasis media elektronik atau dikenal dengan e-
Education. Teknologi internet merupakan jenis media e-Education yang dapat menciptakan
interaksi dua arah secara on line. Kini media ini semakin popular digunakan untuk
mengembangkan kegiatan pembelajaran, karena selain bersifat interaktif media ini
terhubung dengan jaringan global dunia, sehingga jangkauan aksesnya sangat luas. Melalui
media ini mahasiswa dapat aktif belajar mandiri dengan hanya mengakses mata kuliahnya
melalui layar komputer yang terhubung melalui jaringan internet. Diharapkan pula melalui
media ini mahasiswa lebih banyak menyerap informasi dan tidak gagap akan kemajuan
teknologi.

Listrik statis adalah salah satu pokok bahasan mata kuliah fisika sekolah menengah
( fisekmen ) yang membahas tentang gejala kelistrikan dengan muatan sumber statis, mata
kuliah fisika sekolah menengah ini merupakan mata kuliah yang wajib diikuti oleh
mahasiswa fisika yang mengambil program pendidikan, tujuan dari perkuliahan tersebut
adalah untuk memberikan bekal kepada mahasiswa mengenai materi fisika di sekolah
menengah yang akan berguna pada saat mengajar nanti.

Baca Selengkapnya ....

PENGARUH TEKANAN GAS ARGON PADA PENUMBUHAN FILM TIPIS Ga2O3 DOPING Mn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DC MAGNETRON SPUTTERING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Galium oksida (Ga2O3) merupakan bahan semikonduktor dengan celah pita energi lebar (Eg = 4,8 eV) berpotensi untuk aplikasi devais elektronik dan optoelektronik. Bahan dengan celah pita energi lebar ini lebih sulit untuk terjadinya eksitasi elektron secara termal dari pita valensi ke pita konduksi. Hal ini menyebabkan berkurangnya kebocoran arus dan bertambahnya stabilitas termal dalam suatu piranti karena tipe intrinsik konduksi lebih mendominasi pada temperatur tinggi (Zolnai, 2005). Bahan Ga2O3 memiliki konstanta dielektrik statis 10=sε berpotensial sebagai kandidat bahan dielektrik tinggi yang digunakan untuk meningkatkan unjuk kerja devais elektronik seperti sebagai bahan gate pada transistor efek medan (MOSFET). Ga2O3 seringkali dimanfaatkan sebagai sensor gas karena stabil pada temperatur tinggi (titik lebur 1740oC) dan konduktivitasnya bergantung pada lingkungan atmosfir serta menunjukkan sensitivitas yang tinggi (Hoefer, U. et al, 2001). Selain itu untuk aplikasi devais optoelektronik Ga2O3 dapat digunakan sebagai TCO (Tranparent Conductive Oxide) karena menunjukkan sifat transparan pada daerah panjang gelombang UV hingga 280 nm (Hosono, H. et al, 2002) dan sebagai devais TFEL (Thin Film Electrolumonescent) untuk display di ruang terbuka karena memiliki sifat luminesensi yang baik (Minami, et al, 2003).

Material Ga2O3 secara ekstensif telah digunakan untuk aplikasi sebagai luminescent phosphor, khususnya ketika didoping dengan atom-atom unsur tanah jarang (rare earth). Ga2O3 merupakan oksida berstruktur kristal dengan derajat anisotropis tinggi yang mempunyai interkoneksi rantai tetrahedral dan oktahedral dengan membentuk “tunnel” yang lebar dalam kristal. Tunnel ini dipercayai memegang peranan penting dalam transport “hot electron” yang diperlukan untuk emisi electroluminescent (Ting, W.Y. et al, 2002). Ga2O3 didoping dengan Eu akan menunjukkan luminesensi merah dan jika didoping Mn menampilkan luminesensi hijau. Mn merupakan salah satu unsur transisi yang berpotensi untuk aplikasi fosfor luminesensi, karena Mn memiliki “excellent luminescent center” untuk devais TFEL dimana level “shallow donor dan acceptor”nya sangat dalam (Gollakota, P., 2006).
Bahan Ga2O3 telah ditumbuhkan dengan berbagai metode antara lain: MOCVD (Kim, H.W. and Kim, N.H., 2004), floating zone (Villora, E.G. et al, 2002), rf magnetron sputtering (Ogita, M. et al, 2001). Pada umumnya film tipis Ga2O3 yang ditumbuhkan dengan berbagai teknik penumbuhan memiliki struktur kristal monoklinik (Marwoto, P., et al, 2006). Sifat-sifat film tipis yang dihasilkan ini berhubungan erat dengan struktur film yang terbentuk, dan struktur film tipis sangat bergantung pada parameter penumbuhan film seperti temperatur subsrat, laju alir gas, perlakuan annealing pasca penumbuhan dan tekanan parsial oksigen.
Penumbuhan film tipis Ga2O3 dengan menggunakan metode dc magnetron sputtering juga telah dilakukan dengan mengkaji pengaruh temperatur substrat, daya plasma, annealing pasca penumbuhan (Sjahid, N., 2005) dan variasi laju alir ...

Baca Selengkapnya ...

ANALISIS XRD FILM TIPIS AlxGa1-xN DI ATAS SILIKON (111) YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE DC MAGNETRON SPUTTERING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknologi semikonduktor mengalami perkembangan yang pesat, mulai dari
penemuan bahan, teknik pembuatan maupun aplikasinya di bidang elektronika
dan optoelektronik. Penemuan bahan semikonduktor yang paling sederhana
dimulai dengan ditemukannya silikon, germanium sampai dengan ditemukannya
bahan semikonduktor paduan.

Film tipis adalah suatu film yang sangat tipis dari bahan organik ataupun
inorganik, metal maupun campuran metal organik yang memiliki sifat-sifat
konduktor, semikonduktor maupun isolator (Sudjatmoko, 2003:3). Film tipis yang
dibuat dengan teknik penumbuhan atom atau partikel pada permukaan substrat
dengan ketebalan sampai orde mikrometer semakin banyak diteliti dan
dimanfaatkan. Sifat umum film tipis dari suatu bahan berbeda dengan bahan
padatan, karena proses preparasi (misalnya: evaporasi, sputtering), geometri
(ukuran panjang, tebal dan lebar) komposisi dan strukturnya (Atmono, 2003:2).
Sifat-sifat film tipis yang ditumbuhkan dapat dimodifikasi sesuai dengan tujuan
penerapannya.
Material golongan III-nitrida seperti , dan
merupakan trio semikonduktor yang unik karena material tersebut
mempunyai celah pita energi langsung (direct bandgap). Apabila di antara
AlN (6,2eV ) GaN (3,4eV) InN (1,95eV ) mereka membentuk semikonduktor paduan seperti ternary, ,
dan quartenary InGaAlN maka celah energinya dapat diatur mulai
sampai . merupakan material paduan penting dalam
piranti nitrida, khususnya sebagai lapisan penghalang (barrier) dalam struktur
hetero dan sumur kuantum dengan lapisan aktif atau .
Al Ga N x 1−x In Ga N x 1−x 1,95eV 6,2eV Al Ga N x 1−x GaN In Ga N x 1−x

Pada saat ini telah dikembangkan transistor efek medan berbasiskan struktur
hetero / GaN yang sering juga disebut sebagai high electron
mobility transistor . Selain itu juga dapat diaplikasikan
dalam bidang optoelektronik seperti LED (Light Emitting Diode), LD (Laser
Diode) (Dridi et al, 2002) dan detektor UV (L.S.Yu et all, 1999). Aplikasi lain
dari film tipis / Si (111) yakni pada sensor ultaviolet solar blind.
Prinsip kerja dari sensor ultraviolet ialah mengubah radiasi elektromagnetik
(sinar) kedalam bentuk sinyal listrik (arus maupun tegangan). Film tipis
dengan nilai efisiensi yang tinggi seperti dalam photodetector UV
dapat digunakan dalam aplikasi dalam bidang militer maupun sipil, misalnya pada
alat pengamat ozon/ tingkat polusi, UV astronomi, sensor pada pemadam
kebakaran, dan lain-lain.
Al Ga N x 1−x (HFET)
(HEMT) Al Ga N x 1−x
Al Ga N x 1−x
Al Ga N x 1−x
Al Ga N x 1−x merupakan material paduan penting dalam piranti nitrida,
khususnya sebagai lapisan penghalang (barrier) dalam struktur-hetero dan
sumur kuantum dengan lapisan aktif atau . HFET berbasiskan
struktur-hetero atau telah dikembangkan
sebelumnya. Struktur-hetero mempunyai conduction band-
GaN In Ga N x 1−x AlGaAs / GaAs InAlAs / InGaAs Al Ga N GaN x x / 1− offset lebih tinggi sehingga dapat menampung rapat muatan 2DEG (two dimension
electron gas) dalam jumlah yang lebih tinggi. Struktur-hetero
juga menghasilkan efek piezoelektrik yang tinggi karena adanya ketidak-sesuaian
konstanta kisi antara lapisan dan lapisan .
Al Ga N GaN x x / 1−
Al Ga N x 1−x GaN
Material III-nitrida mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi sepanjang
arah bidang (0001) sehingga ketika ditumbuhkan di atas lapisan GaN yang tebal
maka strain yang terjadi akan menimbulkan adanya medan piezoelektrik induksi
dalam struktur-hetero . Sebagai hasilnya terdapat rapat muatan
(2DEG) yang tinggi pada daerah antarmuka struktur-hetero tanpa melakukan
doping. Peningkatan rapat muatan (2DEG) juga dikarenakan adanya medan
polarisasi spontan (polarisasi pada saat strain nol) dalam struktur-hetero
(Hsu & Walukieiwicz, 2001). Rapat muatan 2DEG dan
mobilitas yang tinggi dalam struktur-hetero ini penting untuk meningkatkan kerja
dari HFET untuk aplikasi devais elektronik yang bekerja pada daya dan
temperatur tinggi seperti pada microwave.

Baca Selengkapnya .....