Saturday, February 27, 2010

Skripsi Mate - Matika

Link Download Skripsi Mate - Matika

METODE HONGARIA DAN APLIKASINYA PADA KASUS MINIMASI

 

APLIKASI MATHEMATICA UNTUK MASALAH TITIK TETAP DARI FUNGSI DALAM SISTEM DINAMIK

 

ESTIMATOR BAYES UNTUK RATA-RATA TAHAN HIDUP DARI DISTRIBUSI GAMMA DENGAN SAMPEL LENGKAP SERTA SIMULASINYA DENGAN PROGRAM MICROSOFT VISUAL BASIC VERSI 6.0

 

ESTIMASI PARAMETER UNTUK DATA WAKTU HIDUP YANG BERDISTRIBUSI RAYLEIGH PADA DATA TERSENSOR TIPE II BESERTA SIMULASINYA

 

METODE HONGARIA DAN APLIKASINYA PADA KASUS MINIMASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah Penelitian Operasional pertama kali muncul pada masa Perang Dunia II pada saat angkatan perang Inggris melakukan penelitian pada masalah strategi kemiliteran dalam menghadapi serangan-serangan yang
dilancarkan musuh terhadap negaranya. Kemudian penelitian itu dikenal dengan nama “Military Operation Research” (Penelitian Operasional untuk Masalah Kemiliteran). Keberhasilan ini mendorong angkatan perang Amerika untuk melakukan aktivitas serupa, dengan membentuk tim yang disebut dengan tim Operations Research. Mereka berhasil dalam memecahkan persoalan-persoalan logistik suplai barang-barang keperluan perang, menentukan pola-pola dasar penerbangan yang lebih efisien, serta menentukan pola-pola dasar jaringan bagi operasi alat-alat elektronik. Setelah Perang Dunia II berakhir, Operations Research yang lahir di Inggris ini kemudian berkembang pesat di Amerika, karena keberhasilan yang dicapai oleh tim Operations Research dalam bidang militer ini telah menarik perhatian orang-orang industri. Sedemikian pesat perkembangannya sehingga kini Operations Research telah digunakan hampir diberbagai kegiatan, baik di Perguruan Tinggi, Konsultan, Rumah Sakit, perencanaan kota, maupun pada kegiatan-kegiatan bisnis.



Sebagai suatu teknik pemecahan masalah, penelitian operasional dipandang sebagai suatu ilmu dan seni. Aspek ilmu terletak pada penggunaan teknik-teknik dan algoritma-algoritma matematik untuk memecahkan persoalan yang dihadapi, sedangkan sebagai seni ialah karena keberhasilan dari solusi model matematis ini sangat bergantung pada kreativitas dan kemampuan seseorang sebagai penganalisis dalam pengambilan keputusan (the art of balancing). Pada umumnya masalah dasar dalam penelitian operasional adalah menetapkan tugas kepada fasilitas atas dasar satu-satu dengan cara yang optimal. Misalnya masalah tersebut dapat merupakan penetapan tugas dari para pekerja kepada pekerjaan mereka, peralatan pada tempat konstruksi, dan lain sebagainya. Masalah penetapan (penugasan) merupakan salah satu persoalan transportasi yang merupakan kasus khusus dari masalah pemrograman linear pada umumnya. Sehingga sebagai dasar penyelesaian masalah penetapan adalah pemrograman linear dan khususnya transportasi yang mengalami degenerit (penyusutan).
Dalam dunia bisnis atau dunia usaha, industri manajemen sering mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan penetapan optimal dari bermacam-macam sumber yang produktif atau personalia yang
mempunyai tingkat efisiensi yang berbeda untuk tugas yang berbeda pula. Masalah penetapan (assignment problem) pertama-tama dikenalkan oleh seorang ahli matematika dari Hongaria yang bernama D Konig pada
tahun 1916, dimana aturan mainnya adalah jika dalam suatu perusahaan tersedia n fasilitas untuk melaksanakan n jenis pekerjaan, dimana masingmasing fasilitas misalnya orang, mesin dan peralatan hanya dapat melaksanakan satu jenis pekerjaan. Jadi masalah penetapan akan mencakup sejumlah n sumber yang mempunyai n tugas. Sehingga bentuk penetapan dapat disusun dalam matriks dengan ukuran atau ordo n x n, dimana baris menyatakan sumber-sumber dan kolom menyatakan tugas-tugas.



Untuk menyelesaikan masalah penetapan yang termudah biasanya adalah menggunakan metode umum, yaitu dengan cara permutasi dari n buah fasilitas dengan n buah jenis pekerjaan. Sehingga akan diperoleh n! cara pengaturan atau alternatif. Metode umum ini mudah dilakukan kalau n kecil, tetapi kalau sudah menyangkut untuk n yang besar metode tersebut kurang efektif digunakan lagi, karena harus mencari alternatif dari n! buah
kemungkinan yang harus dipilih. Dari deskripsi di atas, penulis ingin menjelaskan sebuah metode lain yang digunakan dalam memecahkan sebarang masalah penetapan (assignment problem) yaitu dengan metode Hongaria.


B. Permasalahan
Pokok masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah “Bagaimanakah cara menyelesaikan masalah penetapan (assignment problem) pada kasus m = n dan pada kasus-kasus khusus dengan menggunakan metode Hongaria?“


C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Ingin menjelaskan cara menyelesaikan masalah penetapan pada kasus m = n menggunakan metode Hongaria.
2. Ingin menjelaskan cara menyelesaikan masalah penetapan pada kasus-kasus khusus menggunakan metode Hongaria.




D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah penetapan (penugasan).
2. Diharapkan dapat menjelaskan cara penyelesaian masalah penetapan pada kasus m = n dengan metode Hongaria.
3. Diharapkan dapat menyelesaikan masalah penetapan pada kasus-kasus khusus menggunakan metode Hongaria.


E. Sistematika Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian pokok, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
1. Bagian awal skripsi memuat:
a. Halaman Sampul
b. Halaman Judul
c. Abstrak
d. Lembar Pengesahan
e. Motto dan Persembahan
f. Kata Pengantar
g. Daftar Isi
2. Bagian Isi skripsi terdiri dari lima bab, yaitu:
a. Bab I : Pendahuluan
Mengemukakan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
b. Bab II : Landasan Teori
Berisi uraian teoritis atau teori-teori yang mendasari pemecahan tentang masalah-masalah yang berhubungan
dengan judul skripsi.
c. Bab III : Metode Penelitian
Berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian yang meliputi penemuan masalah, perumusan masalah,
studi pustaka, analisis dan pemecahan masalah, serta penarikan simpulan.
d. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi semua hasil penelitian dan pembahasan mengenai metode Hongaria.
e. Bab V : Penutup
Bab ini berisi tentang simpulan dan saran-saran yang  diberikan peneliti berdasarkan simpulan yang diambil.

3. Bagian Akhir
Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran
yang mendukung skripsi.


Baca Selengkapnya

ESTIMASI PARAMETER UNTUK DATA WAKTU HIDUP YANG BERDISTRIBUSI RAYLEIGH PADA DATA TERSENSOR TIPE II BESERTA SIMULASINYA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berlangsung sangat pesat. Hal ini mendorong manusia untuk terus berupaya memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut yang diantaranya diwujudkan melalui penelitian-peneliatian. Penelitian yang dilakukan dapat berupa penelitian yang bertujuan untuk menemukan dan menyelesaikan masalah-masalah baru, mengembangkan pengetahuan yang ada maupun penelitian dalam menguji kebenaran suatu pengetahuan.



Dalam bidang matematika juga terdapat cabang statistika yang sudah berkembang begitu jauh dengan adanya penemuan berbagai alat analisis untuk berbagai keperluan inferensi, estimasi, pengujian dan metode peramalan. Uji hidup adalah penyelidikan tentang daya tahan hidup suatu unit atau komponen pada keadaan operasional tertentu. Ruang lingkup penggunaan uji hidup diantaranya adalah dalam bidang teknik, biologi, rekayasa dan kedokteran.



Berbagai penelitian di bidang Biologi, Fisika, Pertanian dan Kedokteran tersebut biasanya akan menghasilkan data yang berhubungan dengan waktu hidup dari suatu individu. Data waktu hidup merupakan variabel random non negatif. Analisis statistika yang digunakan untuk menganalisis data waktu hidup tersebut disebut analisis tahan hidup (Survival). Data waktu hidup yang diperoleh dari percobaan uji hidup dapat berbentuk data lengkap, data tersensor tipe I dan data tersensor tipe II. Berbentuk data lengkap jika semua benda dalam percobaan diuji sampai semuanya “mati”. Berbentuk data tersensor tipe I jika data uji hidup dihasilkan setelah percobaan berjalan selama waktu yang ditentukan, serta berbentuk data tersensor tipe II jika observasi diakhiri setelah sejumlah kematian atau kegagalan tertentu telah terjadi (Lawless, 1982: 43). Data tersensor tipe II adalah suatu data waktu kematian atau kegagalan yang hanya terdapat r buah observasi terkecil dalam sampel random yang berukuran n dengan 1nr==. Eksperimen menunjukkan penyensoran tipe II lebih sering digunakan, misalnya dalam uji hidup dari total observasi sebanyak n, tetapi uji akan berhenti pada waktu observasi sampel mempunyai waktu kematian atau kegagalan ke-r untuk 1=r=n.



Fungsi distribusi tahan hidup yang didasarkan pada pengetahuan atau asumsi tertentu tentang distribusi populasinya termasuk dalam fungsi parametrik. Beberapa distribusi yang dapat digunakan untuk menggambarkan waktu hidup antara lain Distribusi Eksponensial, Distribusi Weibull, Distribusi Gamma, Distribusi Rayleigh, dan lain-lain (Lawless, 1982: 26) Di antara beberapa distribusi tersebut, dalam skripsi ini dipilih fungsi tahan hidup berdistribusi Rayleigh, atau data waktu hidup diasumsikan mengikuti distribusi Rayleigh.

Untuk mengetahui apakah distribusi dari data dalam fungsi tahan hidup yang diasumsikan telah menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, diperlukan suatu analisis terhadap data waktu hidup. Langkah untuk menganalisis terhadap fungsi distribusi dari data waktu hidup adalah dengan mengestimasi harga parameter distribusinya. Dari hasil-hasil yang diperoleh belum disimulasikan dengan bantuan komputer khususnya dengan program Microsoft Visual Basic 6.0. Berdasarkan tersebut maka mendorong untuk mengadakan penelitian tentang Estimasi Parameter Untuk Data Waktu Hidup yang Berdistribusi Rayleigh Pada Data Tipe II Beserta Simulasinya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana estimasi parameter untuk data waktu hidup yang berdistribusi Rayleigh pada data tersensor tipe II?
2. Bagaimana simulasi hasil yang diperoleh dengan program Microsoft Visual Basic 6.0?

C. Batasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup pada penelitian ini diberikan batasan masalah sebagai berikut.
1. Data yang digunakan adalah data waktu hidup yang tersensor tipe II, tidak berkelompok (tunggal).
2. Data Waktu hidup yang tersensor tipe II diasumsikan berdistribusi Rayleigh.



Baca Selengkapnya


ESTIMATOR BAYES UNTUK RATA-RATA TAHAN HIDUP DARI DISTRIBUSI GAMMA DENGAN SAMPEL LENGKAP SERTA SIMULASINYA DENGAN PROGRAM MICROSOFT VISUAL BASIC VERSI 6.0

BAB I
PENDAHULUAN

Alasan Pemilihan Judul

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat telah memberikan berbagai kemudahan kepada manusia dalam kehidupan, bahkan hasil kemajuan dari ilmu dan teknologi yang ada pada saat ini telah
menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Agar ilmu pengetahuan terus berkembang dan maju maka perlu diadakan penelitian-penelitian, baik penelitian yang bertujuan menemukan dan menyelesaikan masalah-masalah baru, mengembangkan pengetahuan yang ada maupun menguji kebenaran suatu pengetahuan.



Matematika secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu matematika terapan (applied mathematics) dan matematika murni (pur mathematics). Matematika terapan mempunyai pengertian bahwa matematika digunakan di luar matematika. Matematika terapan berperan dan membantu menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata yang akan diselesaikan dalam sistemnya dan memenuhi kebutuhan ilmu-ilmu dalam pengembangannya. Banyak ilmuwan yang mengkaji matematika untuk dimanfaatkan dalam bidang lain. Sedangkan matematika murni berperan sebagai ratu yang mempercantik dirinya melalui rancangan-rancangan
definisi, teorema yang terstruktur secara sistematis.



Dalam pembicaraan statistik, jawaban yang diinginkan adalah jawaban untuk ruang lingkup yang lebih luas, yakni populasi. Tetapi objek penelitian yang digunakan umumnya adalah sampel yang merupakan bagian dari populasi. Hasil-hasil perhitungan berdasarkan data sampel disebut statistik. Selanjutnya dalam teori estimasi, statistik ini disebut estimator (penaksir) suatu parameter populasi. Estimasi parameter populasi antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan klasik dan pendekatan Bayes. Pendekatan klasik mendasarkan penarikan kesimpulan semata-mata dari informasi yang diperoleh dari sampel yang ditarik dari suatu populasi. Pendekatan Bayes melakukan penarikan kesimpulan dengan menggabungkan pengetahuan subjektif mengenai distribusi peluang dari parameter yang tidak diketahui dengan informasi yang diperoleh dari sampel. Estimator yang diperoleh dengan pendekatan Bayes disebut Estimator Bayes.



Uji hidup mempunyai ruang lingkup penggunaan yang sangat luas. Antara lain dalam bidang teknik, biologi, rekayasa dan kedokteran. Oleh karena itu, pengembangan analitik statistik uji hidup akan sangat bermanfaat. Secara matematik tahan hidup suatu benda/unit dipandang sebagai variabel random non negatif. Variabel random tersebut antara lain dapat berupa waktu kerusakan fisik suatu komponen atau kematian suatu unit. Berasarkan data tahan hidup ini dilakukan uji hidup. Dengan demikian uji hidup dapat dipandang sebagai penyelidikan eksperimental tentang panjang/tahan hidup atau karakteristik lain dari suatu benda atau unit (komponen) di bawah kondisi operasi tertentu.



Data tahan hidup yang diperoleh dari percobaan uji hidup dapat berbentuk data lengkap, data tersensor tipe I, dan data tersensor tipe II. Berbentuk data lengkap jika semua benda dalam percobaan diuji sampai semuanya “mati”. Berbentuk data tersensor tipe I jika data uji hidup dihasilkan setelah percobaan berjalan selama waktu yang ditentukan, serta berbentuk data tersensor tipe II jika percobaan dihentikan setelah ada r dari n (r £ n) benda dalam percobaan mati. Alasan utama penggunaan data tersensor adalah penghematan waktu dan biaya.



Beberapa distribusi yang sering digunakan dalam analisis data uji hidup antara lain distribusi Eksponensial, distribusi Weibull, distribusi Gamma, dan distribusi Normal. Distribusi Eksponensial pertama-tama dikenalkan dalam uji hidup oleh Epstein dan Sobel (1953, 1954, 1955) (Lawless, 1982), kemudian dikembangkan oleh banyak penulis diantaranya P. Chiou (1993). Distribusi Gamma telah dikembangkan oleh Gupta dan Groll (1968), Weibull oleh Mann (1971) dan Lawless (1973) (Zanzawi S, 1996). Sedangkan distribusi Normal antara lain dibahas oleh Davis (1952) dan Bazovsky (1961) (Sinha, 1980). Distribusi-distribusi tersebut sering dianalisis dalam uji hidup sebab sudah teruji beberapa komponen/benda/unit mempunyai distribusi tahan hidup salah satu distribusi-distribusi di atas. Dari hasil-hasil yang diperoleh belum dibuat simulasinya dengan bantuan komputer khususnya dengan program Microsoft Visual Basic Versi 6.0.

Berdasarkan hasil di atas, maka mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tentang Estimator Bayes untuk rata-rata tahan hidup dari distribusi Weibull dengan sampel lengkap, serta simulasinya dengan program Microsoft Visual Basic Versi 6.0.




Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :
bagaimana bentuk estimator bayes untuk rata-rata tahan hidup dari data uji hidup berdistribusi Weibull dengan sampel lengkap? bagaimana bentuk estimator maksimum likelihood (MLE) untuk rata-rata tahan hidup dari data uji hidup berdistribusi Weibull bagaimana simulasi hasil yang diperoleh dengan program Microsoft Visual Basic Versi 6.0?


Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: mengetahui bentuk estimator bayes untuk rata-rata tahan hidup dari data tahan hidup distribusi Weibull dengan sampel lengkap, mengetahui bentuk estimator maksimum likelihood (MLE) untuk rata-rata tahan hidup dari data tahan hidup berdistribusi Weibull. mengetahui simulasi hasil yang didapat dengan menggunakan program Microsoft Visual Basic Versi 6.0


Manfaat Penelitian
Adapun manfaat kegiatan penelitian ini adalah,
1. untuk menambah pengetahuan matematika tentang statistika
2. untuk menambah perbendaharaan hasil penelitian murni, khususnya dapat digunakan sebagai alternatif pemilihan dalam persoalan estimasi (dalam statistika), dan hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat untuk bidang ilmu yang berkaitan dengan uji hidup, seperti bidang industri dan kedokteran.


Sistematika Skripsi
Secara garis besar penulisan skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir.Bagian awal berisi halaman judul, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran. Bagian inti terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan mengemukakan tentang alasan pemilihan judul permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan teori berisi uraian teoritis atau pendapat para ahli tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan judul skripsi.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini mengemukakan metode yang digunakan dalam pnelitian ini.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penyelesaian dari permasalahan yang diungkapkan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang simpulan dan saran-saran yang diberikan berdasarkan simpulan yang
diambil. Adapun bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran.


Baca Selengkapnya

APLIKASI MATHEMATICA UNTUK MASALAH TITIK TETAP DARI FUNGSI DALAM SISTEM DINAMIK

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, begitu juga dengan perkembangan matematika. Matematika pada dasarnya merupakan alat, sarana atau pelayan ilmu lain. Hal
ini tidak dapat dipungkiri dengan munculnya berbagai aplikasi matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam disiplin ilmu yang membutuhkan banyak perhitungan. Berbagai masalah dirasakan lebih mudah
dimengerti dengan pendekatan matematika, sebagai dasar dari berbagai disiplin ilmu.

Dalam masalah rekayasa di bidang fisika, biologi, matematika dan terapan-terapannya, sistem dinamik sering ditemui dalam bentuk matematis, dimana dalam menyelesaikan persamaan digunakan proses pengulangan fungsi. Dalam sistem dinamik proses pengulangan merupakan aplikasi dari sebuah fungsi, dan proses pengulangan inilah yang dinamakan iterasi. Dalam mengerjakan soal kebanyakan dari mahasiswa menggunakan cara manual, padahal dalam sistem dinamik terdapat soal yang bila diselesaikan secara manual sangat sulit diselesaikan atau bahkan tidak dapat diselesaikan, tetapi apabila menggunakan Mathematica maka masalah sistem dinamik tersebut dapat dengan mudah diselesaikan. Semua ini seiring dengan kemajuan teknologi, komputer merupakan produk teknologi yang mampu memecahkan masalah, bukan hanya kemampuannya dalam menyimpan dan memberikan informasi tetapi juga dalam segi perhitungan matematika.
Untuk mendapat solusi masalah sistem dinamik tersebut, dapat digunakan dengan perhitungan manual, Mathematica, dan lain-lain. Semua metode untuk perhitungan dalam masalah sistem dinamik baik secara manual, dengan Maple dan Pascal adalah yang paling awal dikembangkan dan mungkin paling dikenal baik hingga sekarang.



Program Mathematica pada masa perkuliahan jurusan matematika semester 5 belum pernah dikaji secara mendalam, oleh karena itu penulis tertarik mengangkat materi aplikasi Mathematica untuk masalah titik tetap dari fungsi dalam sistem dinamik untuk dijadikan judul skripsi. Selain Mathematica belum pernah dikaji secara mendalam dalam perkuliahan, dengan Mathematica juga lebih mudah untuk mencari solusi masalah sistem dinamik karena Mathematica memang dirancang khusus untuk mencari dan menyelesaikan masalah sistem dinamik walaupun dengan program lain masalah sistem dinamik juga dapat diselesaikan, tetapi butuh waktu lama untuk mengerjakannya.
  
Dalam skripsi ini dikaji sistem dinamik dengan fungsi satu variabel baik untuk fungsi iterasi, grafik, analisis grafik, maupun bifurkasi serta aplikasinya dalam Mathematica. Dalam menentukan solusi atau penyelesaian suatu masalah titik tetap dari fungsi dalam sistem dinamik, keberadaan alat bantu sangat dibutuhkan untuk mempermudah menyelesaikan secara cepat dan tepat. Dewasa ini perkembangan teknologi komputer dan perangkat lunak lainnya dirasakan sangat pesat, khususnya di bidang pendidikan. Salah satu perangkat lunak (software) berbasis matematika yang dikembangkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan adalah Mathematica. Mathematica belum banyak digunakan oleh para ilmuwan atau mahasiswa untuk membantu menyelesaikan permasalahan permasalahan matematika, padahal Mathematica adalah perangkat lunak yang
lengkap dan komunikatif. Persoalan yang dapat diselesaikan dengan Mathematica merupakan persoalan matematika murni, seperti sistem dinamik.



Dengan alasan di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang aplikasi Mathematica untuk sistem dinamik satu variabel, khususnya masalah titik tetap dari suatu fungsi. Dari uraian di atas maka penulis mengangkat “Aplikasi Mathematica untuk Masalah Titik Tetap dari Fungsi dalam Sistem Dinamik” sebagai
judul skripsi.


B. Permasalahan
Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang timbul adalah:
1. Bagaimana mencari solusi untuk masalah titik tetap dari fungsi dalam sistem dinamik dengan menggunakan Mathematica?
2. Apakah dengan Mathematica dapat mempermudah dan mempercepat dalam mencari solusi untuk masalah titik tetap dari fungsi dalam sistem dinamik?




C. Tujuan Penelitian
Mengetahui bagaimana mencari solusi untuk masalah titik tetap dari fungsi dalam sistem dinamik dengan menggunakan Mathematica.


D. Manfaat Penelitian
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem dinamik khususnya sistem dinamik dengan fungsi satu variabel.


E. Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal memuat halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar
lampiran. Bagian isi terbagi atas 5 bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Membahas tentang pemilihan judul, permasalahan yang diangkat, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : LANDASAN TEORI
Mencakup pembahasan materi-materi pendukung yang digunakan dalam pemecahan masalah.
BAB III : METODE PENELITIAN
Memaparkan tentang prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi menentukan masalah, perumusan masalah, studi pustak, analisis dan pemecahan masalah, penarikan simpulan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Membahas tentang hasil-hasil penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan dalam BAB I yaitu tentang solusi masalah titik tetap dari fungsi dalam sistem dinamik dengan menggunakan Mathematica dan perbedaan pengerjaan secara manual dan dengan menggunakan Mathematica.
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan dan saran yang ditujukan untuk pembaca umumnya dan bagi penulis sendiri khususnya. Bagian akhir memuat daftar pustaka sebagai acuan penulisan dan lampiranlampiran
yang mendukung kelengkapan skripsi, seperti print out program dan gambarnya.

Baca Selengkapnya

Skripsi Kesehatan Masyarakat

Link Download Skripsi Kesehatan Masyarakat

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG PERNAPASAN TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU PETANI SAYURAN PENGGUNA PESTISIDA SEMPROT

 

DAYA BUNUH EKSTRAK SERAI (Andropogen nardus) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti

 

 

UJI DAYA BUNUH EKSTRAK CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG PERNAPASAN TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU PETANI SAYURAN PENGGUNA PESTISIDA SEMPROT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun
membutuhkan pangan yang semakin besar. Dalam rangka mencukupi kebutuhan
pangan tersebut, Indonesia mencanangkan beberapa program di bidang pertanian.
Salah satunya adalah program intensifikasi pertanian, yaitu program peningkatan
produksi pertanian dengan panca usaha tani. Program ini ditunjang dengan pemilihan
bibit unggul, pengairan, pemupukan, pengolahan lahan dan pengendalian hama
penyakit (Rini Wudianto, 2002:1).

Untuk meningkatkan jumlah produksi pertanian, salah satu caranya dengan
pemberantasan hama, gulma dan penyakit dengan menggunakan pestisida secara
intensif untuk menunjang program pemenuhan kebutuhan pangan yang terus
berkembang.

Pada awal program intensifikasi, yaitu tahun 1970 sampai 1980 penggunaan
pestisida untuk mengatasi hama sangat meningkat, puluhan jenis pestisida mulai
banyak digunakan. Pada saat itu pestisida diprogramkan untuk memberantas hama
dan bukan untuk mengendalikan, bahkan bukan untuk mencegah agar hama tidak
timbul.

Penggunaan pestisida yang tidak terkendali dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan, baik darat, air maupun udara, dan dapat mengganggu kesehatan
manusia.

Salah satu pengaruh penggunaan pestisida adalah terjadinya pencemaran
lingkungan yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan, salah satu pencemaran di
lingkungan kerja pertanian yang memungkinkan dapat menyebabkan pencemaran
udara dan kesehatan adalah uap dan partikel dari pestisida semprot dengan bantuan
angin yang dapat mempengaruhi kesehatan petani, dengan kondisi lingkungan kerja
yang seperti di atas, maka petani sayuran memiliki beban kerja tambahan dan
kapasitas kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan terutama terhadap gangguan
sistem pernafasan (Kusdwiratri, 1998:219), pemakaian pestisida memungkinkan
untuk dihirup masuk ke paru-paru, pencemaran pestisida secara berlebihan dapat
mencemari udara yang pada akhirnya akan dapat merugikan manusia (Wisnu Arya,
1995:132).

Para petani sering menggunakan pestisida bukan atas dasar keperluan
pengendalian hama secara indikatif, mereka melakukan penyemprotan tanaman tanpa
memperhatikan ada tidaknya serangan hama, penggunaan semacam ini telah banyak
menimbulkan masalah adanya kandungan residu pestisida pada produk pertanian dan
pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran udara yang dapat menyebabkan
penyakit saluran pernapasan pada para petani.

Dalam kajian yang dilakukan oleh kumpulan multidisiplin dari Universitas
Chulalongkorn tahun 1986 kepada 150 petani sayuran di Bang Bua Thong, dekat
Bangkok, dihasilkan bahwa gangguan yang dialami oleh petani adalah kelelahan
(61%), sakit kepala (39%), pusing-pusing (47%), sesak napas ( 35%), mual atau
muntah ( 33%) (Wan Zaenal Azman, 2001:thl), sedangkan menurut hasil penelitian
selama 2 tahun di Malaysia mengungkapkan bahwa 72 wanita penyemprot hama di
17 ladang pertanian di Malaysia mengalami gangguan kesehatan yang serius, gejala
yang muncul di antaranya kelelahan, muntah, sulit bernapas, dada terasa tertekan,
sakit kepala (Yun, 2002:thl). Dari Survei yang dilakukan FAO tahun 2005 pada
petani bawang merah menunjukkan, sejumlah petani di Brebes mengalami gejalagejala
keracunan pestisida, seperti sesak napas, pusing, mual, muntah-muntah,
tangan bergetar tak terkendali (Onny Untung, 2005:thl), selain di Brebes,
diketemukan juga data penyakit-penyakit akut yang diderita pada kelompok petani
yang karena keterbatasan pengetahuannya akan penggunaan pestisida yang baik dan
bijaksana seperti penyakit hamil anggur pada istri-istri petani di Lembang, 12 orang
petani di Klaten meninggal dunia akibat keracunan DDT, atau 18 penduduk
transmigrasi di Lampung Utara meninggal akibat racun tikus atau penyakit kulit
eksim basah, tubercolusis, atau bahkan kanker saluran pernapasan pada banyak
petani diberbagai daerah bisa dipastikan kurang mendapat perhatian bahkan dianggap
hal yang ‘biasa’.

Kabupaten Semarang merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa
Tengah yang mempunyai potensi besar dalam sub sektor pertanian pangan. Selain
padi dan palawija, Kabupaten Semarang juga merupakan pusat penghasil sayuran.
Hasil utama sayuran di Kabupaten Semarang antara lain lombok, kubis, mentimun,
tomat, buncis, sawi, terong, labu siam, bayam, kacang panjang, wortel, seledri dan
kentang (BPS Kab Semarang, 2003:124) dan dengan hasil panenan lebih dari 1000
kwintal per hari untuk setiap komoditas. Dusun Duren Desa Duren adalah salah satu
daerah utama penghasil sayuran, dalam mengelola pertaniannya para petani sayuran
ini menggunakan zat-zat kimia seperti pestisida terutama pestisida semprot, karena
dianggap lebih mudah penggunaannya.

Dalam pemakaian Alat pelindung diri (APD), masih cukup banyak petani
yang enggan menggunakan dengan alasan ketidaknyamanan, mengganggu pekerjaan,
dan merasa tidak perlu menggunakan, sehingga hanya sedikit petani yang ditemui
menggunakan APD, APD yang dipakaipun tidak sesuai yang diharapkan dan
terkesan asal pakai. Petani merupakan salah satu pekerjaan sektor informal, dimana
orang-orang yang bekerja disektor informal pengetahuan akan pentingnya alat
pelindung diri masih kurang dibanding orang yang bekerja di sektor formal.
Ketersedian dan pemakaian alat pelindung diri juga berbeda, pekerjaan formal seperti
di industri, pihak perusahaan sudah menyediakan dan ada pengawasan oleh pihakpihak
tertentu seperti Dinas Tenaga Kerja, sehingga kesehatan dan keselamatan kerja
sektor informal lebih terjamin, sedangkan petani dengan kondisi yang cukup terbatas
biasanya hanya menggunakan alat pelindung diri seadanya, sehingga kesehatan dan
keselamatan kerja jauh tidak terjamin dibandingkan sektor formal.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada petani sayuran Dusun Duren
Desa Duren didapatkan bahwa dari 21 petani sayuran yang menggunakan pestisida
semprot, hanya 2 petani yang memakai alat pelindung diri berupa kaos yang dipakai
di kepala untuk melindungi diri dari paparan berbagai partikel dari pestisida semprot,
dari permasalahan diatas, Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
pengaruh pemakaian alat pelindung pernapasan terhadap kapasitas fungsi paru pada
petani sayuran pengguna pestisida semprot Dusun Duren.


1.2 Permasalahan
Permasalahan yang ingin diajukan dalam penelitian ini adalah:
Adakah pengaruh pemakaian alat pelindung pernapasan terhadap kapasitas fungsi
paru pada petani sayuran pengguna pestisida semprot ?


1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemakaian alat pelindung
pernapasan terhadap kapasitas fungsi paru pada petani sayuran pengguna pestisida
semprot.


1.4 Penegasan Istilah

1.4.1 Alat pelindung pernapasan
Adalah alat pelindung pernapasan yang berguna melindungi pernapasan
terhadap gas, uap, debu, atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat
bersifat racun, korosi maupun rangsangan (A.M Sugeng Budioro, 2003:332). Dalam
penelitian ini, Alat pelindung pernapasan yang dimaksud adalah alat pelindung
pernapasan apa saja yang dipakai petani pada saat melakukan penyemprotan yang
dimaksudkan petani untuk melindungi pernapasan.
1.4.2 Pestisida
Dalam hal ini, definisi Pestisida yang dipakai adalah semua zat kimia dan
bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk memberantas hama,
gulma, binatang pengganggu tanaman ( Suma’mur PK, 1996:247).
1.4.3 Pestisida Semprot
Adalah pestisida yang penggunannya memerlukan bantuan alat penyemprot
untuk menyebarkannya (Rini Wudianto, 2002:46).
Pestisida semprot yang dipakai oleh petani Dusun Duren yaitu golongan
Organophospat (bahan Aktif: Profenofos, Klorpirifos), golongan Organoklorin
(bahan aktif: Endosulfan) golongan Karbamat (bahan aktif: Karbosulfan, Kartop
hidrokarbon), golongan Piretroid (bahan aktif: Deltametrin) dan golongan
Insektesida bakteri (bahan aktif: Bacillus thuringiensis).
1.4.4 Kapasitas Fungsi Paru
Adalah kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di dalamnya
(Syaifudin, 1997:90).
Dalam penelitian ini, kapasitas paru yang diukur adalah Kapasitas vital paru,
yaitu jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah
terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan
sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 mililiter) (Guyton, 1997:602).
1.4.5 Dusun Duren Desa Duren
Dusun Duren dalam penelitian ini yaitu kumpulan beberapa rumah yang
terdapat di Desa Duren.
1.4.6 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang dalam penelitian ini yaitu
wilayah administratif tempat Desa Duren masuk dalam wilayah kerja kecamatan
Ambarawa tahun 2005.


1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Penulis
Akan memberikan pengalaman mengenai cara dan proses berfikir ilmiah serta
praktis sebagai pengejawantahan pengetahuan dan keterampilan selama kuliah.
1.5.2 Bagi Masyarakat
Akan memberi pengetahuan akan bahaya pestisida dan pencegahannya serta
arti penting alat pelindung diri bagi kesehatan.
1.5.3 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dapat digunakan sebagai bahan pustaka dalam mengembangkan ilmu di
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, khususnya
mengenai pengelolaan dan penggunaan pestisida.



Baca Selengkapnya

UJI DAYA BUNUH EKSTRAK CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Nyamuk merupakan spesies dari arthropoda yang berperan sebagai vektor
penyakit arthropod-born viral disease. Contoh spesies nyamuk yang berperan
sebagai vektor penyakit arthropod-born viral disease adalah Aedes aegypti (Ae.
aegypti). Nyamuk Ae. aegypti berperan sebagai vektor penyakit demam berdarah
dengue (Sumarmo, 1988:4).
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue.
Virus dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti yang
terinfeksi virus tersebut. DBD merupakan penyakit yang paling penting dari
seluruh penyakit arthropod-born viral disease (WHO, 1997:6).
Gejala DBD adalah demam yang tinggi, terjadinya fenomena perdarahan,
perbesaran hati dan kegagalan peredaran darah. Dampak dari DBD adalah
meningginya permeabilitas pembuluh darah dan menurunnya volume plasma
(WHO, 1997:1).
Indonesia termasuk daerah endemik DBD. DBD mula-mula dikenal sebagai
penyakit daerah perkotaan, tetapi sejak tahun 1980 wabah DBD mulai menyebar
ke daerah perkotaan yang lebih kecil dan daerah-daerah pedesaan di seluruh
propinsi (Soedarto, dkk, 1989:35).
Data Depkes RI tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah penderita DBD
pada berbagai daerah di Indonesia mengalami fluktuasi yang tinggi.
Penderita DBD di Tangerang pada Januari 2005 tercatat sebanyak 48 pasien,
sedangkan pada awal Februari 2005 tercatat sebanyak 11 pasien.
Penderita DBD di Medan dalam minggu pertama Februari 2005 tercatat
dua meninggal dunia dan 29 lainnya dirawat di berbagai rumah sakit.
Penderita DBD di Sulawesi selatan tercatat mencapai 300 pasien.
Jumlah penderita DBD mengalami peningkatan di Surabaya, tercatat pada
bulan Januari 2005 sebanyak 11 pasien dan pada awal Febuari 2005 menjadi
59 pasien (Umar Fahmi, 2005).
Indonesia secara umum mempunyai resiko terjangkit penyakit DBD
karena vektor penyebabnya yaitu nyamuk Ae. aegypti tersebar luas
di kawasan pemukiman maupun di tempat-tempat umum,
kecuali wilayah yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter
di atas permukaan air laut (Ditjen PPM&PLP, 1996:6).
Nelson dkk (1974) yang dikutip oleh Aji Bau (1999:2) menjelaskan
bahwa nyamuk Ae. aegypti adalah spesies yang berkembangbiak
pada tempat-tempat penampungan air bersih di dalam maupun di luar rumah.
Hal tersebut merupakan ancaman bagi manusia, karena nyamuk Ae. aegypti
berperan sebagai vektor penyakit DBD seperti yang telah disebutkan.
Nyamuk Ae. aegypti dapat dikenali melalui ciri-ciri pada badan, kaki dan
sayapnya yang berwarna dasar hitam dengan bintik-bintik putih. Jenis kelamin
nyamuk Ae. aegypti dibedakan dengan memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk
betina mempunyai probosis tunggal, sedangkan nyamuk jantan mempunyai
probosis ganda. Nyamuk Ae. aegypti berukuran lebih kecil dibandingkan dengan
spesies nyamuk lain (Srisasi Gandahusada, dkk, 2000:218). Ukuran tubuh yang
kecil tersebut berpengaruh terhadap ketahanan fisiologis spesies nyamuk
Ae. Aegypti pada saat terpajan insektisida. Menurut Frank C. Lu (1995:51),
toksisitas insektisida pada suatu spesies dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kadar
senyawa kimia insektisida tersebut pada tubuh spesies sasaran. Semakin kecil
ukuran tubuh suatu spesies, maka kadar senyawa kimia insektisida pada tubuh
spesies tersebut akan semakin tinggi, yang akan menyebabkan semakin
meningkatnya toksisitas dari insektisida tersebut.
Upaya-upaya pengendalian nyamuk untuk mengurangi kejadian
penyakit arthropod-born viral disease telah banyak dilakukan.
Pengendalian tersebut meliputi pengendalian fisik, pengendalian hayati,
pengendalian kimiawi, pengendalian genetik maupun pengendalian terpadu.
Pengendalian fisik dilakukan dengan mengelola lingkungan sehingga
keadaan lingkungan tidak sesuai bagi perkembangbiakan nyamuk,
pengendalian hayati dilakukan dengan memanfaatkan organisme predator
dan patogen, pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan
insektisida sintetis untuk membunuh nyamuk, pengendalian genetik
dilakukan dengan menyebarkan pejantan mandul ke dalam ekosistem,
dan pengendalian terpadu dilakukan dengan menggabungkan berbagai teknik
pengendalian yang ada (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:98-101).
Pengendalian nyamuk yang paling banyak dilakukan adalah pengendalian
kimiawi menggunakan insektisida sintetis. Alasan pemilihan pengendalian
tersebut adalah karena hasilnya dapat dilihat secara cepat dan langsung,
sementara pengendalian nyamuk lainnya memerlukan waktu yang lama dalam
melihat hasilnya. Tetapi pengendalian kimiawi menggunakan insektisida sintetis
ternyata menimbulkan efek samping yang merugikan, seperti nyamuk menjadi
resisten, terjadinya keracunan pada manusia dan hewan ternak, terjadinya
kontaminasi terhadap kebun sayuran dan buah, serta polusi lingkungan (North
Dakota State University, 1991).
Dampak merugikan yang terjadi akibat pengendalian kimiawi menggunakan
insektisida sintetis telah mendorong manusia untuk mencari pemecahannya.
Oleh karena itu dilakukan suatu usaha untuk mendapatkan insektisida nabati
yang dapat menggantikan pemakaian insektisida sintetis.
Insektisida nabati terdapat pada bahan-bahan nabati seperti buah,
daun, batang ataupun akar dari tanaman. Salah-satu tanaman yang mengandung
insektisida nabati adalah cabai rawit (German Commission E, 1990).
Cabai rawit mengandung senyawa capsaicin, ascorbic acid (German
Commission E, 1990), saponin, flavonoida dan tanin (Syamsuhidayat dan
Hutapea, 1991:115). Capsaicin merupakan senyawa golongan terpenoid yang
berfungsi sebagai sumber aromatik dan rasa pada cabai rawit.
Cabai rawit apabila dihaluskan akan mengeluarkan aroma yang khas.
Aroma ini disebabkan oleh fraksi minyak esensial. Minyak tersebut merupakan
metabolit sekunder yang kaya akan senyawa dengan struktur isopren. Mereka
disebut terpen dan terdapat dalam bentuk diterpen, triterpen, tetraterpen,
hemiterpen, dan sesquiterpen. Bila senyawa tersebut mengandung elemen
tambahan oksigen, maka disebut terpenoid. Terpenoid aktif terhadap bakteri,
fungi, virus, dan protozoa. Contoh terpenoid adalah artemisin, yang telah
digunakan oleh WHO sebagai antimalaria. Senyawa terpenoid pada cabai rawit,
capsaicin, bersifat bakterisida terhadap Helicobacter pylori. Cara kerja capsaicin
adalah ikut terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik (Rohman
Naim, 2004). Data hasil penelitian Tyas Ekowati Prasetyoningsih (1987) yang
dikutip oleh Setiawan Dalimartha (2004:56), menunjukkan bahwa ekstrak cabai
rawit dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Candida albicans
adalah spesies dari candida yang menyebabkan infeksi pada membran mukosa
mulut (thrush def 1), dan infeksi saluran pernapasan (bronkokandidiasis).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian
mengenai daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti.


1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah daya bunuh dari ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) terhadap nyamuk Ae. aegypti?


1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui daya bunuh dari ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L)  terhadap nyamuk Ae. aegypti.


1.4 Penegasan Istilah

  • Uji Daya Bunuh 
Uji daya bunuh adalah suatu eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui daya bunuh dari ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti setelah 24 jam perlakuan. Uji daya bunuh dalam penelitian ini dilakukan pada konsentrasi ekstrak cabai rawit sebesar 10%, 50%, 90%, dan 100%.
  • Ekstrak Cabai Rawit
Ekstrak cabai rawit adalah sediaan berupa larutan cair pekat yang diperoleh dari ekstraksi cabai rawit menggunakan metode soxhlet. Ekstrak cabai rawit yang digunakan dalam penelitian tidak bisa dibedakan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya, karena ekstrak masih bersifat kasar.

  • Nyamuk Ae. aegypti
Nyamuk Ae. aegypti dalam penelitian adalah nyamuk Ae. aegypti dengan jenis kelamin betina, berumur antara 2-5 hari, dan dalam keadaan telah diberi makan dengan darah marmut. Pemberian makan berupa darah marmut dilakukan dengan cara memasukkan marmut ke dalam tempat penangkaran nyamuk Ae. aegypti.


1.5 Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
  1. Peneliti, mendapatkan pengalaman menyusun karya ilmiah dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat.
  2. masyarakat, memperoleh tambahan ilmu di bidang kesehatan masyarakat khususnya dalam upaya pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
  3. ilmu kesehatan masyarakat, menambah laporan penelitian dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat
  4. BPVRP, menambah data tentang potensi tanaman sumber insektisida nabati.
  5. Peneliti lain, memberikan data dasar bagi penelitian yang sejenis.


1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada ekstrak cabai rawit dengan konsentrasi 10%, 50%, 90%, dan 100%. Parameter dalam penelitian adalah kematian nyamuk Ae. aegypti setelah 24 jam perlakuan. Penelitian inibersifat kasar karena tidak dibedakan senyawa-senyawa kimia yang terkandung
dalam ekstrak cabai rawit.


Baca Selengkapnya

DAYA BUNUH EKSTRAK SERAI (Andropogen nardus) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan pembangunan kesehatan pada intinya adalah mencapai kemampuan hidup sehat bagi semua penduduk Indonesia. Salah satunya adalah pengendalian vektor penyakit. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 30, yang berbunyi, ”Pemberantasan penyakit menular dilaksanakan dengan upaya penyuluhan, penyelidikan, pengebalan, menghilangkan sumber dan perantara penyakit, tindakan karantina dan upaya lain yang diperlukan. Upaya menghilangkan perantara penyakit dapat dilakukan pengendalian vektor penyakit.

Pengendalian vektor penyakit merupakan salah satu cara mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit, termasuk Demam Berdarah Dengue (DBD). Di Propinsi Jawa Tengah penyakit DBD penyebarannya telah meluas. Data terakhir tahun 2004 jumlah kasus DBD dilaporkan sebanyak 9049 penderita dengan 163 kematian (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2004). Pada tahun 2005, DBD di DKI Jakarta telah dinyatakan sebagai KLB. Menurut Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, selain DKI dan Jawa Barat (Majalengka dan Subang), daerah lain yang sudah dinyatakan KLB adalah Manado (Sulawesi Utara), Kupang (Nusa Tenggara Timur), dan Kalimantan Timur. Di Medan, dalam pekan pertama Februari 2005 dua orang meninggal akibat DBD, sementara 29 penderita pernah dan masih dirawat di rumah sakit. Jumlah kasus DBD di Jawa Barat 863 penderita dan korban tewas 32 orang. Di Jakarta, 7 Februari 2005 tercatat 163 orang terserang DBD dengan 15 orang meninggal (Kompas, 2005).

Vektor penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (Ae. aegypti). Berbagai upaya pengendalian vektor telah dilakukan yaitu pengendalian secara fisik, biologi maupun kimiawi. Pengendalian yang banyak dilakukan adalah pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan insektisida sintetis. Insektisida sintetis ini bekerjanya lebih efektif dan hasilnya dapat dilihat dengan cepat dibandingkan dengan pengendalian biologis maupun fisik. Menurut Asep Candra Abdillah (2004), pemakaian insektisida dapat mengakibatkan keracunan pada manusia dan hewan ternak, polusi lingkungan, dan serangga menjadi resisten. Sehubungan dengan dampak insektisida sintetis yang telah dikemukakan di atas, maka diperlukan suatu usaha mendapatkan insektisida alternatif untuk membunuh serangga namun cepat dan mudah terurai serta sekecil mungkin atau sama sekali tidak mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Berdasarkan pertimbangan itu, para ahli menggunakan alternatif dalam pengendalian secara kimiawi yakni menggunakan insektisida alami, yaitu insektisida yang dihasilkan oleh tanaman beracun terhadap serangga tetapi tidak mempunyai efek samping terhadap lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia. Serai (Andropogen nardus) yang banyak ditemui di berbagai daerah dan biasa digunakan sebagai bumbu masak ternyata dapat digunakan sebagai insektisida alamiah. Tanaman ini mengandung minyak atsiri (esteris). Minyak atsiri serai terdiri dari senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farnesol methil heptenol dan dipentena. Kandungan sitronela yaitu sebesar 35%. Senyawa sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi (desiscant). Senyawa sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi (desiscant). Racun tersebut merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus menerus. Serangga yang terkena racun ini akan mati karena kekurangan cairan.
(Asep Candra Abdillah, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui daya bunuh ekstrak serai terhadap nyamuk Ae. aegypti dengan berbagai macam konsentrasi. Pemilihan nyamuk Ae. aegypti pada stadium dewasa didasarkan pada mudah dalam membiakkannya dan kesukaannya hidup pada air yang bersih sehingga ketahanan tubuhnya tidak sekuat nyamuk yang lain sehingga dengan tidak kuatnya ketahanan tubuhnya maka akan memudahkan pengamatan kematiannya dengan menggunakan bahan ekstrak yang lebih sedikit.


1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana daya bunuh ekstrak serai terhadap nyamuk Ae. aegypti ?

1.3 Tujuan Penelitian
 
1.3.1 Tujuan umum
Memperoleh gambaran tentang daya bunuh ekstrak serai terhadap nyamuk Ae. aegypti.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui hubungan tingkat kematian nyamuk dengan berbagai perlakuan konsentrasi ekstrak serai.
2) Menghitung perbedaan jumlah kematian rata-rata nyamuk Ae. aegypti pada pemaparan ekstrak serai dengan berbagai tingkat konsentrasi.
3) Menghitung LC50 (Lethal Concentration50) dari ekstrak serai terhadap nyamuk Ae. aegypti.

1.4 Penegasan Istilah
1) Daya Bunuh
Adalah kemampuan ekstrak serai dalam membunuh nyamuk Ae. aegypti
24 jam setelah waktu percobaan.
Satuan : % Skala : ordinal
2) Ekstrak serai
Adalah suatu konsentrasi dari serai yang digunakan untuk membunuh nyamuk Ae. aegypti. Dalam ekstrak ini tidak
bisa dibedakan komponen zat aktifnya karena ekstrak masih bersifat kasar.
Satuan : mg/liter atau % Skala : ratio
3) Nyamuk
Adalah nyamuk jenis Ae. aegypti umur 2-5 hari setelah penetasan.
Satuan : ekor Skala : nominal


1.5 Manfaat Penelitian
1) Dapat melengkapi literatur mengenai penggunaan insektisida alamiah.
2) Dapat memperkaya khasanah penelitian tentang insektisida alamiah untuk
mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam pengendalian
vektor penular penyakit.


1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada ekstrak serai dengan
konsentrasi 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%. Parameter dalam penelitian ini
adalah nyamuk Ae.aegypti. Penelitian ini bersifat kasar karena tidak dibedakan zat
aktif lain yang terkandung dalam ekstrak serai.


Baca Selengkapnya