BAB I
PENDAHULUAN
Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun
membutuhkan pangan yang semakin besar. Dalam rangka mencukupi kebutuhan
pangan tersebut, Indonesia mencanangkan beberapa program di bidang pertanian.
Salah satunya adalah program intensifikasi pertanian, yaitu program peningkatan
produksi pertanian dengan panca usaha tani. Program ini ditunjang dengan pemilihan
bibit unggul, pengairan, pemupukan, pengolahan lahan dan pengendalian hama
penyakit (Rini Wudianto, 2002:1).
Untuk meningkatkan jumlah produksi pertanian, salah satu caranya dengan
pemberantasan hama, gulma dan penyakit dengan menggunakan pestisida secara
intensif untuk menunjang program pemenuhan kebutuhan pangan yang terus
berkembang.
Pada awal program intensifikasi, yaitu tahun 1970 sampai 1980 penggunaan
pestisida untuk mengatasi hama sangat meningkat, puluhan jenis pestisida mulai
banyak digunakan. Pada saat itu pestisida diprogramkan untuk memberantas hama
dan bukan untuk mengendalikan, bahkan bukan untuk mencegah agar hama tidak
timbul.
Penggunaan pestisida yang tidak terkendali dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan, baik darat, air maupun udara, dan dapat mengganggu kesehatan
manusia.
Salah satu pengaruh penggunaan pestisida adalah terjadinya pencemaran
lingkungan yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan, salah satu pencemaran di
lingkungan kerja pertanian yang memungkinkan dapat menyebabkan pencemaran
udara dan kesehatan adalah uap dan partikel dari pestisida semprot dengan bantuan
angin yang dapat mempengaruhi kesehatan petani, dengan kondisi lingkungan kerja
yang seperti di atas, maka petani sayuran memiliki beban kerja tambahan dan
kapasitas kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan terutama terhadap gangguan
sistem pernafasan (Kusdwiratri, 1998:219), pemakaian pestisida memungkinkan
untuk dihirup masuk ke paru-paru, pencemaran pestisida secara berlebihan dapat
mencemari udara yang pada akhirnya akan dapat merugikan manusia (Wisnu Arya,
1995:132).
Para petani sering menggunakan pestisida bukan atas dasar keperluan
pengendalian hama secara indikatif, mereka melakukan penyemprotan tanaman tanpa
memperhatikan ada tidaknya serangan hama, penggunaan semacam ini telah banyak
menimbulkan masalah adanya kandungan residu pestisida pada produk pertanian dan
pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran udara yang dapat menyebabkan
penyakit saluran pernapasan pada para petani.
Dalam kajian yang dilakukan oleh kumpulan multidisiplin dari Universitas
Chulalongkorn tahun 1986 kepada 150 petani sayuran di Bang Bua Thong, dekat
Bangkok, dihasilkan bahwa gangguan yang dialami oleh petani adalah kelelahan
(61%), sakit kepala (39%), pusing-pusing (47%), sesak napas ( 35%), mual atau
muntah ( 33%) (Wan Zaenal Azman, 2001:thl), sedangkan menurut hasil penelitian
selama 2 tahun di Malaysia mengungkapkan bahwa 72 wanita penyemprot hama di
17 ladang pertanian di Malaysia mengalami gangguan kesehatan yang serius, gejala
yang muncul di antaranya kelelahan, muntah, sulit bernapas, dada terasa tertekan,
sakit kepala (Yun, 2002:thl). Dari Survei yang dilakukan FAO tahun 2005 pada
petani bawang merah menunjukkan, sejumlah petani di Brebes mengalami gejalagejala
keracunan pestisida, seperti sesak napas, pusing, mual, muntah-muntah,
tangan bergetar tak terkendali (Onny Untung, 2005:thl), selain di Brebes,
diketemukan juga data penyakit-penyakit akut yang diderita pada kelompok petani
yang karena keterbatasan pengetahuannya akan penggunaan pestisida yang baik dan
bijaksana seperti penyakit hamil anggur pada istri-istri petani di Lembang, 12 orang
petani di Klaten meninggal dunia akibat keracunan DDT, atau 18 penduduk
transmigrasi di Lampung Utara meninggal akibat racun tikus atau penyakit kulit
eksim basah, tubercolusis, atau bahkan kanker saluran pernapasan pada banyak
petani diberbagai daerah bisa dipastikan kurang mendapat perhatian bahkan dianggap
hal yang ‘biasa’.
Kabupaten Semarang merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa
Tengah yang mempunyai potensi besar dalam sub sektor pertanian pangan. Selain
padi dan palawija, Kabupaten Semarang juga merupakan pusat penghasil sayuran.
Hasil utama sayuran di Kabupaten Semarang antara lain lombok, kubis, mentimun,
tomat, buncis, sawi, terong, labu siam, bayam, kacang panjang, wortel, seledri dan
kentang (BPS Kab Semarang, 2003:124) dan dengan hasil panenan lebih dari 1000
kwintal per hari untuk setiap komoditas. Dusun Duren Desa Duren adalah salah satu
daerah utama penghasil sayuran, dalam mengelola pertaniannya para petani sayuran
ini menggunakan zat-zat kimia seperti pestisida terutama pestisida semprot, karena
dianggap lebih mudah penggunaannya.
Dalam pemakaian Alat pelindung diri (APD), masih cukup banyak petani
yang enggan menggunakan dengan alasan ketidaknyamanan, mengganggu pekerjaan,
dan merasa tidak perlu menggunakan, sehingga hanya sedikit petani yang ditemui
menggunakan APD, APD yang dipakaipun tidak sesuai yang diharapkan dan
terkesan asal pakai. Petani merupakan salah satu pekerjaan sektor informal, dimana
orang-orang yang bekerja disektor informal pengetahuan akan pentingnya alat
pelindung diri masih kurang dibanding orang yang bekerja di sektor formal.
Ketersedian dan pemakaian alat pelindung diri juga berbeda, pekerjaan formal seperti
di industri, pihak perusahaan sudah menyediakan dan ada pengawasan oleh pihakpihak
tertentu seperti Dinas Tenaga Kerja, sehingga kesehatan dan keselamatan kerja
sektor informal lebih terjamin, sedangkan petani dengan kondisi yang cukup terbatas
biasanya hanya menggunakan alat pelindung diri seadanya, sehingga kesehatan dan
keselamatan kerja jauh tidak terjamin dibandingkan sektor formal.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada petani sayuran Dusun Duren
Desa Duren didapatkan bahwa dari 21 petani sayuran yang menggunakan pestisida
semprot, hanya 2 petani yang memakai alat pelindung diri berupa kaos yang dipakai
di kepala untuk melindungi diri dari paparan berbagai partikel dari pestisida semprot,
dari permasalahan diatas, Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
pengaruh pemakaian alat pelindung pernapasan terhadap kapasitas fungsi paru pada
petani sayuran pengguna pestisida semprot Dusun Duren.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang ingin diajukan dalam penelitian ini adalah:
Adakah pengaruh pemakaian alat pelindung pernapasan terhadap kapasitas fungsi
paru pada petani sayuran pengguna pestisida semprot ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemakaian alat pelindung
pernapasan terhadap kapasitas fungsi paru pada petani sayuran pengguna pestisida
semprot.
1.4 Penegasan Istilah
1.4.1 Alat pelindung pernapasan
Adalah alat pelindung pernapasan yang berguna melindungi pernapasan
terhadap gas, uap, debu, atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat
bersifat racun, korosi maupun rangsangan (A.M Sugeng Budioro, 2003:332). Dalam
penelitian ini, Alat pelindung pernapasan yang dimaksud adalah alat pelindung
pernapasan apa saja yang dipakai petani pada saat melakukan penyemprotan yang
dimaksudkan petani untuk melindungi pernapasan.
1.4.2 Pestisida
Dalam hal ini, definisi Pestisida yang dipakai adalah semua zat kimia dan
bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk memberantas hama,
gulma, binatang pengganggu tanaman ( Suma’mur PK, 1996:247).
1.4.3 Pestisida Semprot
Adalah pestisida yang penggunannya memerlukan bantuan alat penyemprot
untuk menyebarkannya (Rini Wudianto, 2002:46).
Pestisida semprot yang dipakai oleh petani Dusun Duren yaitu golongan
Organophospat (bahan Aktif: Profenofos, Klorpirifos), golongan Organoklorin
(bahan aktif: Endosulfan) golongan Karbamat (bahan aktif: Karbosulfan, Kartop
hidrokarbon), golongan Piretroid (bahan aktif: Deltametrin) dan golongan
Insektesida bakteri (bahan aktif: Bacillus thuringiensis).
1.4.4 Kapasitas Fungsi Paru
Adalah kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di dalamnya
(Syaifudin, 1997:90).
Dalam penelitian ini, kapasitas paru yang diukur adalah Kapasitas vital paru,
yaitu jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah
terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan
sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 mililiter) (Guyton, 1997:602).
1.4.5 Dusun Duren Desa Duren
Dusun Duren dalam penelitian ini yaitu kumpulan beberapa rumah yang
terdapat di Desa Duren.
1.4.6 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang dalam penelitian ini yaitu
wilayah administratif tempat Desa Duren masuk dalam wilayah kerja kecamatan
Ambarawa tahun 2005.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Penulis
Akan memberikan pengalaman mengenai cara dan proses berfikir ilmiah serta
praktis sebagai pengejawantahan pengetahuan dan keterampilan selama kuliah.
1.5.2 Bagi Masyarakat
Akan memberi pengetahuan akan bahaya pestisida dan pencegahannya serta
arti penting alat pelindung diri bagi kesehatan.
1.5.3 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dapat digunakan sebagai bahan pustaka dalam mengembangkan ilmu di
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, khususnya
mengenai pengelolaan dan penggunaan pestisida.
Baca Selengkapnya
No comments:
Post a Comment