Saturday, February 27, 2010

DAYA BUNUH EKSTRAK SERAI (Andropogen nardus) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan pembangunan kesehatan pada intinya adalah mencapai kemampuan hidup sehat bagi semua penduduk Indonesia. Salah satunya adalah pengendalian vektor penyakit. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 30, yang berbunyi, ”Pemberantasan penyakit menular dilaksanakan dengan upaya penyuluhan, penyelidikan, pengebalan, menghilangkan sumber dan perantara penyakit, tindakan karantina dan upaya lain yang diperlukan. Upaya menghilangkan perantara penyakit dapat dilakukan pengendalian vektor penyakit.

Pengendalian vektor penyakit merupakan salah satu cara mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit, termasuk Demam Berdarah Dengue (DBD). Di Propinsi Jawa Tengah penyakit DBD penyebarannya telah meluas. Data terakhir tahun 2004 jumlah kasus DBD dilaporkan sebanyak 9049 penderita dengan 163 kematian (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2004). Pada tahun 2005, DBD di DKI Jakarta telah dinyatakan sebagai KLB. Menurut Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, selain DKI dan Jawa Barat (Majalengka dan Subang), daerah lain yang sudah dinyatakan KLB adalah Manado (Sulawesi Utara), Kupang (Nusa Tenggara Timur), dan Kalimantan Timur. Di Medan, dalam pekan pertama Februari 2005 dua orang meninggal akibat DBD, sementara 29 penderita pernah dan masih dirawat di rumah sakit. Jumlah kasus DBD di Jawa Barat 863 penderita dan korban tewas 32 orang. Di Jakarta, 7 Februari 2005 tercatat 163 orang terserang DBD dengan 15 orang meninggal (Kompas, 2005).

Vektor penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (Ae. aegypti). Berbagai upaya pengendalian vektor telah dilakukan yaitu pengendalian secara fisik, biologi maupun kimiawi. Pengendalian yang banyak dilakukan adalah pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan insektisida sintetis. Insektisida sintetis ini bekerjanya lebih efektif dan hasilnya dapat dilihat dengan cepat dibandingkan dengan pengendalian biologis maupun fisik. Menurut Asep Candra Abdillah (2004), pemakaian insektisida dapat mengakibatkan keracunan pada manusia dan hewan ternak, polusi lingkungan, dan serangga menjadi resisten. Sehubungan dengan dampak insektisida sintetis yang telah dikemukakan di atas, maka diperlukan suatu usaha mendapatkan insektisida alternatif untuk membunuh serangga namun cepat dan mudah terurai serta sekecil mungkin atau sama sekali tidak mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Berdasarkan pertimbangan itu, para ahli menggunakan alternatif dalam pengendalian secara kimiawi yakni menggunakan insektisida alami, yaitu insektisida yang dihasilkan oleh tanaman beracun terhadap serangga tetapi tidak mempunyai efek samping terhadap lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia. Serai (Andropogen nardus) yang banyak ditemui di berbagai daerah dan biasa digunakan sebagai bumbu masak ternyata dapat digunakan sebagai insektisida alamiah. Tanaman ini mengandung minyak atsiri (esteris). Minyak atsiri serai terdiri dari senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farnesol methil heptenol dan dipentena. Kandungan sitronela yaitu sebesar 35%. Senyawa sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi (desiscant). Senyawa sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi (desiscant). Racun tersebut merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus menerus. Serangga yang terkena racun ini akan mati karena kekurangan cairan.
(Asep Candra Abdillah, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui daya bunuh ekstrak serai terhadap nyamuk Ae. aegypti dengan berbagai macam konsentrasi. Pemilihan nyamuk Ae. aegypti pada stadium dewasa didasarkan pada mudah dalam membiakkannya dan kesukaannya hidup pada air yang bersih sehingga ketahanan tubuhnya tidak sekuat nyamuk yang lain sehingga dengan tidak kuatnya ketahanan tubuhnya maka akan memudahkan pengamatan kematiannya dengan menggunakan bahan ekstrak yang lebih sedikit.


1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana daya bunuh ekstrak serai terhadap nyamuk Ae. aegypti ?

1.3 Tujuan Penelitian
 
1.3.1 Tujuan umum
Memperoleh gambaran tentang daya bunuh ekstrak serai terhadap nyamuk Ae. aegypti.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui hubungan tingkat kematian nyamuk dengan berbagai perlakuan konsentrasi ekstrak serai.
2) Menghitung perbedaan jumlah kematian rata-rata nyamuk Ae. aegypti pada pemaparan ekstrak serai dengan berbagai tingkat konsentrasi.
3) Menghitung LC50 (Lethal Concentration50) dari ekstrak serai terhadap nyamuk Ae. aegypti.

1.4 Penegasan Istilah
1) Daya Bunuh
Adalah kemampuan ekstrak serai dalam membunuh nyamuk Ae. aegypti
24 jam setelah waktu percobaan.
Satuan : % Skala : ordinal
2) Ekstrak serai
Adalah suatu konsentrasi dari serai yang digunakan untuk membunuh nyamuk Ae. aegypti. Dalam ekstrak ini tidak
bisa dibedakan komponen zat aktifnya karena ekstrak masih bersifat kasar.
Satuan : mg/liter atau % Skala : ratio
3) Nyamuk
Adalah nyamuk jenis Ae. aegypti umur 2-5 hari setelah penetasan.
Satuan : ekor Skala : nominal


1.5 Manfaat Penelitian
1) Dapat melengkapi literatur mengenai penggunaan insektisida alamiah.
2) Dapat memperkaya khasanah penelitian tentang insektisida alamiah untuk
mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam pengendalian
vektor penular penyakit.


1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada ekstrak serai dengan
konsentrasi 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%. Parameter dalam penelitian ini
adalah nyamuk Ae.aegypti. Penelitian ini bersifat kasar karena tidak dibedakan zat
aktif lain yang terkandung dalam ekstrak serai.


Baca Selengkapnya

No comments: