Sunday, February 14, 2010

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SIDAGURI TERHADAP KADAR ENZIM AST DAN ALT PADA DARAH TIKUS PUTIH

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara tropis yang dikenal kaya dengan
keanekaragaman hayatinya, antara lain berbagai jenis tumbuhan yang disebut
sebagai tanaman obat tradisional. Walaupun industri obat sintesis tumbuh dengan
pesat, namun konsumen obat tradisional tetap terus meningkat. Kecenderungan
tersebut didukung oleh kondisi Indonesia yang berada dalam krisis ekonomi yang
berkepanjangan, sehingga obat tradisional yang harganya relatif lebih murah
menjadi alternatif pilihan masyarakat. Menanggapi kecenderungan masyarakat
tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang manfaat dan efek negatif dari setiap
obat tradisional sehingga penggunaanya tetap dapat dipertanggungjawabkan
secara medik (Retno, 1998).
Salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai
obat tradisional adalah sidaguri, yang mempunyai nama ilmiah Sida rhombifoliaL.
Sidaguri dilaporkan berkhasiat sebagai obat asma, rematik, TBC kelenjar dileher,
cacing kremi, eksem, disentri, sakit gigi, sakit perut, bisul, kudis, memar, bengkak
pada patah tulang dan borok (Djauhari et al, 2004). Dalam daun sidaguri
terkandung sejumlah senyawa kimia yang sudah diketahui yaitu alkaloid, kalsium
oksalat, tanin, saponin, phenol, asam amino, minyak terbang, zat phlegmatik
untuk ekspektoran dan lubrikan. Batang mengandung kalium oksalat dan tanin.
Akar mengandung alkaloid, steroid dan aphedrine. Efek farmakologis dari
sidaguri yaitu memiliki rasa manis, sedikit pedas dan sejuk. Zat kimia yang

terkandung dalam tanaman sidaguri dapat masuk dan mempengaruhi jantung, hati,
paru-paru, usus besar dan usus kecil (Utami dan Tim Lentera, 2004).
Senyawa alkaloid dalam sidaguri dapat menghambat produksi xantin
oksidase (Anonim, 1999). Xantin oksidase adalah enzim yang mengkatalisis
hidroksilasi hipoxantin menjadi xantin dan hidroksilasi lebih lanjut xantin menjadi
asam urat dalam reaksi oksidasi-reduksi (Marks et al, 2000). Oleh karena itu
penghambatan produksi xantin oksidase dapat menurunkan hidroksilasi
hipoxantin menjadi xantin, kemudian lebih lanjut hidroksilasi xantin menjadi
asam urat. Dengan menurunnya hidroksilasi xantin menjadi asam urat, maka
kadar asam urat dalam darah akan menurun.
Enzim xantin oksidase mengkatalisis katabolisme senyawa purin menjadi
asam urat. Sehingga tanpa adanya enzim xantin oksidase, maka katabolisme purin
menjadi asam urat tidak dapat berlangsung (Martin, 1983). Asam urat merupakan
hasil akhir metabolisme senyawa purin dalam tubuh manusia. Senyawa purin ini
dapat berasal dari makanan dapat pula berasal dari hasil pemecahan asam nukleat
yang ada dalam tubuh manusia itu sendiri. Dalam serum, asam urat terutama
berada dalam bentuk natrium urat (Krisnatuti et al, 1999).
Alkaloid digunakan secara luas dalam bidang pengobatan, walaupun
seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologis
yang menonjol (Harborne, 1996). Apabila ekstrak sidaguri dikonsumsi setiap
hari, mengingat bahwa alkaloid dalam sidaguri bersifat toksik, maka kemungkinan
akan merusak fungsi hati, karena hati dipaksa bekerja terus menerus untuk
menetralisir senyawa -senyawa kimia terutama alkaloid dari daun sidaguri

Selengkapnya ...

No comments: