Wednesday, February 10, 2010

Perhitungan Harga Pokok Produk Dengan Pendekatan Activity Based Costing Bagi Manajemen Dalam Merencanakan Laba Pada

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan makin ketatnya persaingan dunia usaha di Indonesia dan semakin kompleksnya persoalan para pengusaha dewasa ini membuat tugas manajemen menjadi semakin berat, ketatnya persaingan antar perusahaan akan berdampak pada menurunnya laba perusahaan. Agar dapat bersaing di lingkungan nasional maupun internasional sudah seharusnya apabila setiap perusahaan melakukan langkah terbaik, oleh karena itu untuk dapat menjalankan kegiatan yang efektif dan efisien dengan baik maka pihak manajemen dituntut untuk mampu menganalisis situasi bisnis dan perekonomian, serta mengambil keputusan yang sesuai dan tepat. Karena berhasil tidaknya suatu perusahaan dapat diukur dari kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan maupun peluang dimasa yang akan datang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Usry dan Hammer, 1991).
Perencanaan pada dasarnya merupakan kegiatan membentuk masa depan yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam perencanaan manajemen dihadapkan pada pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan berbagai macam alternatif. Untuk memutuskan alternatif mana yang harus dipilih, manajemen dihadapkan pada faktor ketidakpastian. Oleh karena itu manajemen memerlukan informasi penting yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. “Agar manajer dapat merencanakan aktivitas-aktivitas perusahaan dengan cerdik dan mengendalikan biayanya dengan efektif, hubungan antara terjadinya biaya dan perubahan dalam aktivitas harus dipahami dengan menyeluruh” Carter Usry (2004;57) Biaya dalam kaitannya dengan Harga Pokok Produk dalam suatu perusahaan merupakan salah satu hal penting. Dari sini manajemen dapat memantau aliran biaya yang sudah dikeluarkan selama proses produksi, karena perhitungan harga pokok produk mencakup semua elemen biaya diantaranya biaya produksi dan biaya non produksi.

Dalam pembuatan produk terdapat 2 kelompok biaya : biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Sedang biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi, seperti pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum. Biaya non produksi ditambahkan pada harga pokok produksi digunakan untuk menghitung Total Harga Pokok Produk ( Mulyadi, 1991;17). Karena peranan Harga Pokok Produk sangat besar bagi perusahaan, maka pihak manajemen harus bisa mencari alternatif terbaik untuk cara perhitungannya sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan penetapan harga produk.

Selama ini, manajemen perusahaan lebih banyak menggunakan sistem tradisional dalam perhitungan harga pokoknya. Dimana jam tenaga kerja langsung yang dikonsumsi tiap produk digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya-biaya produksi tak langsung itu ke produk. Dari sistem ini manajemen bisa mendapatkan informasi yang tidak akurat. Sebab, pola konsumsi tiap produk terhadap biaya-biaya produksi tak langsung itu, tidak ditentukan oleh besarnya jam tenaga kerja langsung yang digunakan oleh masing-masing produk tersebut. Artinya suatu produk yang menggunakan lebih banyak jam tenaga kerja langsung, belum tentu atau tidak berarti mengkonsumsi biaya produksi tak langsung yang lebih banyak pula. Dalam hal ini, perilaku biaya produksi tak langsung itu tidak ditentukan oleh jumlah jam tenaga kerja yang dikonsumsi masing-masing produk tersebut. Faktor yang justru menentukan perilaku biaya produksi tak langsung itu dan juga menentukan pola konsumsi tiap produk terhadap biaya produksi tak langsung tersebut adalah kompleksitas rangcangan dari setiap produk dan kompleksitas proses produksi itu sendiri.

Untuk mengatasi kelemahan yang ada dalam sistim biaya tradisional itulah kemudian muncul konsep baru yaitu sistim Activity Based Costing (ABC), atau sistim biaya berbasis aktivitas, (Mulyadi, 2003;20). Sistim ini menggunakan konsep yang berbeda dengan sistim tradisional dalam mendistribusikan biaya-biaya produksi kepada produk-produk, sistim ini menggunakan konsep penelusuran (tracing) biaya-biaya kepada produk-produk. Dalam metode Activity Based Costing terdapat dua tahap : Tahap pertama menelusuri biaya overhead ke aktivitas, tahap kedua membebankan biaya tersebut ke produk, (Hansen dan Mowen, 1997;146). Karena metode Activity Based Costing membebankan biaya berdasarkan aktivitas, maka perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan pendekatan Activity Based Costing dalam merencanakan laba akan menghasilkan biaya yang lebih akurat bila di bandingkan dengan sistim tradisional. Maka dalam penelitian ini di pilih judul “Perhitungan Harga Pokok Produk Dengan Pendekatan Activity Based Costing Bagi Manajemen Dalam Merencanakan Laba Pada CV. Precision Di Gresik”

1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikemukakan pada penelitian ini, yaitu :
Bagaimana perhitungan Harga Pokok Produk dengan pendekatan Activity Based Costing bagi manajemen dalam merencanakan laba pada CV. Precision di Gresik?

1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan Harga Pokok Produk dengan pendekatan Activity Based Costing bagi manajemen dalam merencanakan laba pada CV. Precision di Gresik
2. Untuk memberikan alternatif lain bagi pihak manajemen dalam hal perhitungan Harga Pokok Produk yang selama ini menggunakan system tradisional dengan mencoba pendekatan Activity Based Costing sebagai alat perencanaan laba.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan
Memberikan informasi biaya dan analisis tentang perencanaan laba yang lebih akurat.
2. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan.
3. Bagi Mahasiswa lain
Digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah yang sama.

Baca Selengkapnya


. . . 1 l 2 l 3 l 4 l 5

No comments: