Wednesday, February 10, 2010

Activity Based Management sebagai Informasi bagi Manajemen untuk mengidentifikasi non value added Activity

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menjalankan usaha ditengah lingkungan industri yang dinamis akan menempatkan Perusahaan dalam kompetisi tajam yang bersifat global. Perubahan drastis yang terjadi diarea manufaktur telah mendorong banyak perusahaan saling berlomba untuk menerapkan teknologi baru, baik yang berhubungan dengan proses produksi maupun bidang manajemen. Hal ini terutama harus dilakukan sejalan dengan upaya perusahaan untuk meningkatkan nilai dari pelanggan. Kondisi yang kompetitif mengharuskan perusahaan membuat produk yang diinginkan pelanggan secara tepat waktu dengan biaya yang serendah mungkin. Agar dapat menghasilkan laba dalam lingkungan ekonomi global, manajemen harus menyadari bahwa keputusan yang dibuat harus dapat menyediakan nilai bagi pelanggan. , melebihi biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan nilai itu sendiri.

Manajemen sebagai pemegang kendali dalam perusahaan dituntut untuk terus melakukan perbaikan yang berkesinambungan, suatu proses yang disebut Continous Improvement, terhadap aktivitas yang dijalankan dalam proses pembuatan produk dan penyampaiannya ke tangan pelanggan. Disisi lain efisiensi biaya sebagai tujuan operasional menjadi fokus pengendalian manajemen. Efisiensi biaya diartikan sebagai penggunaan sumber daya perusahaan (bahan baku, sumber daya manusia, tehnologi dan modal) yang minimal untuk menghasilkan output maksimal. Dikaitkan dengan peningkatan custumer value, dengan efisiensi biaya diartikan adanya jaminan bahwa pelanggan tidak dibebani biaya aktivitas yang tidak menambah nilai bagi mereka. Terjadi Inefisiensi biaya utamanya dalam proses produksi, disebabkan adanya pemborosan yang muncul dalam berbagai bentuk seperti persediaan, aktifitas yang tidak perlu, produk cacat, pengerjaan ulang, waktu set up dan lain-lain.

Untuk dapat mencapai efisiensi biaya, manajemen memerlukan informasi biaya yang dapat mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk dan jasa. Lebih dari enam puluh tahun, manajemen telah menggunakan informasi biaya yang berasal dari transaction –based cost information sebagai dasar untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan laba. Informasi biaya yang tersaji dalam bentuk anggaran, dijadikan tolak ukur keberhasilan fungsi perencanaaan dan pengendalian. Informasi biaya ini juga digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas produk dan pengaruh keputusan pengalokasian sumber daya terhadap profitabilitas.

Dewasa ini telah disadari bahwa profitabilitas tidaklah semata-mata dihasilkan dari pengendalian biaya. Konsep manajemen yang baru menekankan bahwa fokus pengendalian bukan hanya terletak pada biaya, melainkan juga pada kualitas dan fleksibilitas. Perkembangan tehnologi dalam bidang informasi dan komunikasi, telah memungkinkan pelanggan untuk memperoleh akses ke produk dan jasa terbaik yang sesuai dengan harapan mereka. Hal ini berarti bahwa perusahaan harus menyediakan kualitas dan biaya yang kompetitif, serta fleksibilitas untuk dapat merespon permintaan pelanggan yang berubah dengan cepat.

Oleh karena itu, sistem manajemen biaya harus diubah menjadi sistem manajemen baru yang lebih relevan dan informative. Pendekatan baru yang muncul kemudian adalah mengubah manajemen biaya menjadi manajemen aktivitas. Hal ini berangkat dari kenyataan bahwa biaya-biaya yang timbul adalah akibat dilaksanakannya aktivitas-aktivitas dalam kegiatan operasional perusahaan. Aktivitas-aktivitas inilah yang mengkonsumsi sumberdaya sehingga menimbulkan biaya. Manajemen aktivitas menekankan pada penggunaan sumber daya secara efektif dengan mengendalikan terjadinya aktivitas dan efisiensi dari operasi. Dengan demikian manajemen dapat mencari peluang untuk meningkatkan kinerjanya melalui aktivitas yang dilaksanakan.

Konsep manajemen baru yang dikembangkan adalah Activity Based Management, suatu konsep yang memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas dengan tujuan untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan serta menghasilkan laba. Dalam manajemen berbasis aktivitas, manajemen harus mampu mengidentifikasi seluruh aktivitas dalam organisasi. Tahap selanjutnya adalah menilai apakah aktivitas-aktivitas tersebut termasuk Value Added Activity. Dengan mengidentifikasi aktivitas, manajemen dapat mengendalikan aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai bagi pelanggan. Terlebih lagi jika aktivitas tersebut menyerap porsi konsumsi sumber daya yang cukup besar. Maka manajemen harus mampu mendesain kembali aktivitasnya agar lebih efisien. Dengan demikian manajemen akan mampu meningkatkan kinerjanya sekaligus menjadi produsen yang kompetitif, dengan mengeliminasi pemborosan yang terjadi.

CV. Mandiri Perkasa adalah perusahaan yang bergerak dibidang Industri pengolahan kayu . Proses produksi berdasarkan Purchase Order, dimana perusahaan melaksanakan produksi berdasarkan pesanan dari konsumen atau Buyer. Sebagai produsen, saat ini perusahaan harus bersaing dengan industri sejenis baik di tingkat domestik maupun di tingkat internasional. Untuk dapat unggul dalam persaingan tersebut. Perusahaan harus mampu mengendalikan tiga faktor kunci yaitu kualitas yang baik, fleksibelitas dan biaya yang rendah. Saat ini menejemen sedang melakukan usaha-usaha untuk mencapai efisiensi biaya, terutama pada dua tahap proses yaitu tahap produksi, finishing atau packing.

Proses produksi yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang merupakan area yang rentan terhadap terjadinya pemborosan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu mengeliminasi pemborosan yang terjadi, sehingga dapat dilakukan pengurangan biaya. Pengurangan biaya dapat dilakukan dengan jalan merubah aktivitas, sebagaimana diungkapkan oleh Maher (1997;70) bahwa : “Cost reduction generally requires a change in activities”.
Untuk itu, dengan konsep activity Based Management yang berfokus pada managemen aktifitas, manajemen diharapkan dapat mengidentifikasi aktivitas-aktivitas, menentukan besarnya biaya aktivitas, dan memperbaiki kinerja aktivitas dengan cara mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai, sehingga tujuan efisiensi biaya dapat tercapai.

1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas, maka pokok permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: Bagaimana konsep Activity Based Management dapat digunakan untuk mengidentifikasi Non Value Added Activity yang bertujuan efisiensi biaya bagi perusahaan ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
  • Mengidentifikasi value added activity dan non value added activity dalam proses produksi.
  • Mengetahui besarnya pengurangan biaya yang dapat dicapai dengan diterapkannya Activity Based Management.
  • Mencari alternatife aktivitas untuk mengliminasi biaya bukan penambah nilai.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1.3.2.1. Bagi Peneliti

Memberikan pemahaman lebih dalam mengenai penerapan konsep Activity Based Management pada aktivitas operasional perusahaan.

1.3.2.2 Bagi Perusahaan

Memberikan informasi kepada manajemen mengenai pentingnya analisis aktivitas untuk tujuan efisiensi biaya.

1.3.2.3. Bagi Akademis

Sebagai bahan referensi bagi karya tulis selanjutnya, dengan materi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti serta sebagai darma bakti bagi Universitas .

Baca selengkapnya

. . . 1 l 2 l 3 l 4 l 5

No comments: